Aparat keamanan berusaha menghalau suporter yang masuk ke lapangan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam (1/10/2022). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)
Ade lantas mengajak publik untuk bersikap objektif. Sebab menurutnya, yang menjadi masalah adalah sikap suporter Arema ketika nekat merangsek masuk stadion.
"Yang sok jagoan dan melanggar semua yang ada di stadion ya suporter, dengan gaya preman masuk ke lapangan, petantang-petenteng. Justru dalam pandangan saya, Polisi sudah melaksanakan kewjibannya," kata dia.
Kewajiban Polisi yang dimaksud Ade Armando, yakni sejak awal mereka sudah meminta agar jadwal pertandingan dimajukan pukul 15.30. Namun oleh panitia tak diindahkan. Panitia tetap bersikukuh untuk melakukan pertandingan pukul 20.00. Kata Ade, kuat dugaan ini terkait jam tayang di televisi.
Karena pada waktu tersebut, berpotensi diminati para pengiklan sehingga mendapat keuntungan besar, dan traffic tinggi. Langkah Polisi selanjutnya, mereka juga disebut telah meminta agar jumlah penonton dibatasi. Tetapi panitia justru seolah nakal, karena dari 38 ribu tiket yang disampaikan, justru dicetak 42 ribu tiket.
"Jadi diduga ada over kapasitas di stadion," katanya. "Dan memang tidak semua suporter Arema yang salah, tapi 3 ribu orang yang masuk ke lapangan cukup memporak-porandakan situasi. Padahal, pertandingan berjalan fair, tak ada keputusan wasit yang meragukan. Termasuk Persebaya yang tidak bermain kasar."