Ahli: Korupsi Tower BTS 4G Hapus Harapan Warga Dapat Akses Internet

Jakarta, IDN Times - Ahli keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, menilai korupsi tiang Base Receive Transceiver (BTS) 4G Bakti yang dilakukan oleh mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate sangat jahat. Sebab, praktik rasuah itu memupuskan harapan bagi warga yang tinggal di daerah terpencil dan terluar untuk bisa mendapatkan akses internet dengan kecepatan 4G. Otomatis pemerataan akses internet pun tidak terjadi.
"Ini dosa yang sangat besar! Jahat gitu sama masyarakat kecil," ungkap Alfons ketika dihubungi oleh IDN Times melalui telepon pada Senin (22/5/2023).
Ia menjelaskan seharusnya sejak bertahun-tahun lalu sudah ada 4.200 tower yang terbangun untuk menjangkau lebih dari 2.000 desa tertinggal. Tapi, pada kenyataannya, kata Alfons, tidak ada satu pun tower yang terbangun. Bahkan, sebanyak 985 tower yang sudah dibeli justru tidak berfungsi alias mangkrak.
"Ini kan menghambat pembangunan nasional. Itu yang menurut kami keterlaluan," ujarnya lagi.
Ia tak menampik tujuan dari program Bakti tergolong mulia. Sebab, tanpa program yang digagas oleh pemerintah tersebut, dunia bisnis atau swasta tidak akan ada yang tertarik untuk melakukan pemasangan tower di daerah terpencil. Menurutnya, secara ekonomi tidak menguntungkan.
"Kalau di daerah terpencil penduduknya kan sedikit. Kalau kita pasang tower, balik modalnya juga lama. Malah harus subsidi dan merugi. Karena itu lah pemerintah mengadakan program ini," katanya.
Lalu, bagaimana nasib program yang semula ditujukan untuk pemerataan akses internet di timur Indonesia tersebut? Apakah akan ikut mandek?
1. Praktik rasuah pembangunan tower BTS 4G Bakti hancurkan peluang memajukan kualitas pendidikan
Hal lain yang juga disoroti oleh Alfons yakni mandeknya proyek pembangunan tower BTS 4G Bakti itu turut berdampak ke tidak meratanya kemajuan sumber daya manusia (SDM) di bagian timur Indonesia. Sebab, dengan absennya akses internet otomatis menyebabkan tidak ada dukungan ke pendidikan yang lebih murah.
"Kalau tower ini sudah terbangun hingga ke daerah terpencil kan akses informasi bisa masuk ke sana lalu masyarakat dapat berkembang. Kalau masyarakat dapat akses informasi maka pendidikan mereka bisa lebih maju. Belum lagi dampak terhadap perkembangan ekonomi," ungkap Alfons.
Bila tower sudah terbangun sejak beberapa tahun lalu maka masyarakat di bagian timur Indonesia sudah merasakan manfaatnya. Perekonomian masyarakat bisa maju dan tingkat kesejahteraan warga ikut meningkat.
"Di sana, bisa ada layanan aplikasi. Masyarakat bisa jual barang segala macam," tutur dia lagi.
"Tapi, tujuan baik ini malah tidak dilaksanakan dengan baik. Uangnya sudah cair, tapi tower-nya gak ada. Manfaatnya pun juga hilang. Ya, gak heran kalau ditindak," katanya lagi.