IDN Times wawancara khusus bersama Jusuf Kalla pada Jumat (19/5/2023). (IDN Times/Fauzan)
Sebelumnya, Mantan Ketua Umum DPP Golkar, Jusuf "JK" Kalla, mengaku optimis bakal capres Anies Baswedan bisa memenangkan pemilu 2024. Meskipun elektabilitas Anies di sejumlah survei berada di posisi buncit.
Mengutip hasil survei Indikator Politik Indonesia (IPI) yang dipaparkan pada 23 Juli 2023 lalu, elektabilitas Anies ada di angka 21,5 persen. Angka itu diperoleh dari pertanyaan bila responden diminta memilih dari simulasi tiga nama bakal capres.
Sementara, elektabilitas Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto memiliki selisih sangat tipis. Gubernur Jawa Tengah itu memiliki elektabilitas 35,7 persen. Sedangkan, elektabilitas Prabowo ada di angka 36,8 persen.
Survei IPI dilakukan dengan melibatkan 1.220 responden dan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen. Sementara, tingkat margin of error (MoE) mencapai 2,9 persen.
Menurut JK, responden itu tidak menggambarkan keseluruhan aspirasi dari ratusan juta penduduk Indonesia. Ia membandingkan dengan situasi mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang juga memiliki elektabilitas rendah. Namun, pada akhirnya ia terpilih dan mampu mengalahkan capres dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.
"Trump ketika itu elektabilitasnya juga rendah menurut para peneliti. Tapi, dia bisa terpilih. Pilihan dari 1.200 orang tidak menggambarkan pemilih 205 juta. Ada caranya tapi saya kira pasti tidak terlalu akurat. Itu kan trennya saja," ungkap JK di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat pada Senin (31/7/2023).
Meski dengan tingkat elektabilitas terendah, tetapi dalam berbagai kesempatan, Anies merasa jalannya untuk maju di pilpres 2024 tidak mulus. Ia menyebut ada pihak-pihak tertentu yang ingin menjegalnya agar tak lolos hingga ke tahap proses pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).