Tidak hanya itu, menurut dia, kegiatan ini akan membawa pergerakan ekonomi di daerah. “Pembelian kain meningkat, sektor lain yang terkait juga akan bergerak, semangat desainer terpompa dan akan memicu mereka untuk berkarya kembali. Jadi ini bukan sekedar event fashion saja,” ujarnya.
Wignyo juga mengapresiasi dibukanya kelas inkubasi, yang didalamnya dia juga dilibatkan sebagai mentor. Inkubasi sektor fashion ini diikuti 40 peserta yang terbagi dalam kelompok desain fashion dan produksi pakaian jadi. Mereka mengikuti pelatihan selama dua pekan.
“Hasilnya sangat baik, tadi bisa dilihat sendiri karya-karya mereka yang bagus. Dan ini adalah PR bagi kita untuk terus mendampingi mereka agar bisa terus berkarya. Membuat event semacam ini secara ajeg adalah salah satu cara untuk menjaga eksistensi mereka dan membuka pasar bagi mereka” kata Wignyo.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyampaikan terima kasih kepada BI yang telah bersinergi mewarnai program inovasi pemulihan ekonomi di Banyuwangi. Salah satunya, pergelaran BMFF ini.
“Ini adalah ikhtiar untuk membangkitkan kembali UMKM fesyen, sekaligus pariwisata Banyuwangi. Alhamdulillah industri fesyen Banyuwangi terus tumbuh belakangan ini, terutama batik. Tentu ini tak lepas dari dukungan BI yang begitu besar untuk Banyuwangi,” kata Ipuk.
Saat ini, kata Ipuk, Banyuwangi mulai mencoba masuk ke industri halal. Ada hampir 2 miliar penduduk muslim dunia dengan total pengeluaran konsumen mencapai 2,2 triliun dolar. “Super big market ini sayang sekali kalau tidak digempur oleh UMKM Banyuwangi,” ujarnya.
“Termasuk di dunia fesyen, pengembangan fesyen muslim juga sangat besar pasarnya. Jadi sangat tepat kiranya kolaborasi BI dan Banyuwangi untuk pengembangan fesyen muslim. Saat ini kita terus kembangkan sisi desain, kualitas produk, hingga marketingnya agar UMKM kita naik kelas,” ujarnya. (WEB)