Ketua Majelis Syuro Partai Ummat, Amien Rais (Youtube.com/Amien Rais Official)
Mantan Ketua MPR RI itu juga menyebut, Pemerintahan Jokowi ini sebagai rezim yang ugal-ugalan. Terlebih, ketika ada sejumlah menteri yang menginginkan ada perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode.
Amin mengatakan, pemimpin yang baik seharusnya tunduk pada konstitusi. Bukan justru memaksakan terus berkuasa dengan cara ingin melakukan amandemen.
"Saya lihat sandiwara politik yang dipertontonkan oleh duet Jokowi-Luhut itu makin lama makin menggila, makin ugal-ugalan. Jadi tidak bisa lain kesimpulan saya bahwa memang saudara saya Jokowi itu, selain tidak kompeten sebagai pemimpin yang saya tulis dalam risalah kebangsaan saya, tapi juga tidak tahu kapan dia harus mundur," katanya.
Lebih lanjut, Amien mengatakan, saat ini Pemerintahan Jokowi sedang mengidap sindrom narsistik megalomania. Sindrom ini menganggap dirinya paling benar.
"Memang seorang pemimpin, seorang presiden, itu ada kemungkinan mendapatkan sindrom narsisistik megalomania. Narsisistik itu adalah seseorang yang merasa akulah yang paling sempurna, akulah yang paling benar, akulah yang paling tahu segala macam persoalan, orang lain lebih bodoh, orang lain tidak bermutu, dan lain-lain," ujarnya.
"Megalomania itu membayangkan yang besar-besar, saya lihat ini, maaf ya Saudara Jokowi dan Luhut, Anda berdua ini harus mengaca diri, tanya kepada psikolog-psikolog yang objektif apakah kalian berdua itu sedang menderita narsisistik megalomania tadi," sambungnya.
Tak berhenti sampai itu, Amien juga menyebut Jokowi kini tengah dimabuk kekuasaan. Menurutnya, jabatan 10 tahun sebagai presiden, masih belum cukup sehingga ingin menambah masa kekuasaannya.