Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Rahmat Aulia (11) rela menempuh 8 jam untuk mengantar ayahnya berobat di Aceh. (instagram.com/sayaphati)
Rahmat Aulia (11) rela menempuh 8 jam untuk mengantar ayahnya berobat di Aceh. (instagram.com/sayaphati)

Jakarta, IDN Times - Kisah Rahmat Aulia, bocah 11 tahun di Aceh jadi sorotan publik akhir-akhir ini.

Kisah Rahmat viral setelah diunggah sejumlah akun media sosial, salah satunya dibagikan akun Facebook Azmi Murtala.

Siswa kelas 6 SD yang tinggal di Ulim, Pidie Jaya ini rela menempuh jarak 230 kilometer pulang pergi menggunakan becak motor yang sudah tua, demi mengantarkan sang ayah berobat.

"Di atas becak tua, bocah tersebut termenung sambil sesekali menyemangati ayahnya yang sedang terbaring menahan sakit," tulis Azmi dikutip Selasa (31/1/2023).

1. Rahmat membawa ayah ke rumah sakit tiap sepuluh hari

Rahmat Aulia (11) rela menempuh 8 jam untuk mengantar ayahnya berobat di Aceh. (instagram.com/sayaphati)

Rahmat harus membawa ayahnya dari Pidie Kabupaten Pidie Jaya menuju Rumah Sakit Cut Meutia, Aceh Utara, dengan becak motor. Sang ayah nampak tergeletak di papan yang beralaskan kasus tipis.

"Dia setiap sepuluh hari sekali selalu membawa ayahnya dari Pidie Jaya ke Rumah Sakit Cut Mutia Aceh Utara, untuk disedot cairan yang ada di tubuh ayahnya agar bisa sedikit meredakan rasa sakitnya," kata Azmi. 

"Perjalanan dengan menggunakan becak motor yang memakan waktu enam jam lebih, adalah bukan waktu yang singkat, apalagi seorang anak kecil berumur 11 tahun," imbuhnya.

2. Peralatan medis yang dibutuhkan ayah Rahmat hanya ada di Rumah Sakit Cut Mutia

Ilustrasi rumah sakit (IDN Times/Arief Rahmat)

Perjalanan tersebut rela ditempuh Rahmat karena peralatan medis yang dibutuhkan ayahnya hanya ada di Rumah Sakit Cut Mutia. Keterbatasan ekonomi juga membuat dia tidak bisa membawa ayah menggunakan ambulans.

"Berbekal sebagai 'tarek pukat' atau penarik jaring ikan yang tidak seberapa, Rahmat membawa Ayahnya menempuh jarak ratusan kilometer," papar Azmi.

3. Rahmat kini merawat sang ayah

Rahmat Aulia (11) rela menempuh 8 jam untuk mengantar ayahnya berobat di Aceh. (instagram.com/sayaphati)

Ibu Rahmat sudah meninggal dunia, karena itu dia dan kakaknya yang kini merawat ayahnya.

"Dengan mata berkaca-kaca dia mengucapkan terima kasih kepada sopir ambulans, dan Pak Yanto atau Al Ridha yang telah memberinya uang tunai Rp1 juta untuk kebutuhan di rumah sakit selama perawatan, dibantu oleh anggota Kapolsek setempat serta Bang Joni anggota DPRK Fraksi Partai Golkar Bireuen," katanya.

4. Rahmat rela mengorbankan pendidikannya demi rawat sang ayah

Ilustrasi siswa sekolah (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Dikutip dari ANTARA, Rahmat yang bercita-cita menjadi polisi mengaku terpaksa mengorbankan pendidikannya untuk mencari nafkah, demi merawat ayahnya dan kebutuhan hidup sehari-hari.

"Sejak mamak meninggal dunia lima bulan lalu, saya dan kakak yang merawat ayah. Untuk kebutuhan sehari-hari, saya bekerja menarik pukat dan juga kadang-kadang ada bantuan dari warga," kata Rahmat.

Rahmat mengaku terpaksa membawa ayahnya dengan becak motor yang sudah tua, bukan ambulans maupun angkutan umum karena keterbatasan ekonomi. 

"Untuk biaya pergi berobat hanya ada Rp70 ribu di kantong dari hasil tarik pukat, dan bantuan warga sekitar. Kalau naik mobil ambulans maupun angkutan umum, biayanya besar. Kami tidak punya uang," ujar Rahmat. 

5. Pemkab Pidie Jaya akan menanggung semua biaya pengobatan

Ilustrasi rumah sakit. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Pidie Jaya Eddy Azwar mengatakan, Pemkab Pidie Jaya akan menanggung semua biaya ayah Rahmat.

"Kejadian viral ini karena kurang komunikasi saja, sehingga seakan-akan pasien tersebut terkesan terlantar dan tidak dipedulikan oleh pemerintah daerah," katanya.

Eddy mengatakan pihaknya sudah menghubungi puskesmas, camat dan kepala desa setempat terkait kondisi pasien, serta alasan tidak menggunakan ambulans untuk dirujuk ke RSUD Cut Meutia Aceh Utara. 

Menurut Eddy, pasien menganggap jika memakai ambulans harus berbayar,  sehingga tidak melaporkannya.

"Jadi, berinisiatif berobat menggunakan becak. Ini hanya miskomunikasi saja," imbuhnya.

Editorial Team