Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Konferensi GLAM Terbuka pada 5-6 November 2022 (dok. istimewa))
Konferensi GLAM Terbuka pada 5-6 November 2022 (dok. istimewa))

Jakarta, IDN Times - Wikimedia Indonesia telah menggelar konferensi bertajuk Gallery, Library, Archive, and Museum (GLAM) Terbuka Indonesia di The Akmani Hotel, Jakarta, pada 5-6 November 2022 lalu.

Hal ini dilakukan dengan tujuan mengajak sekaligus mempersatukan berbagai institusi GLAM, untuk berpartisipasi di proyek pembebasan pengetahuan Wikimedia. Ada sekitar 40 orang dari berbagai institusi yang menghadiri acara tersebut.

1. Para peserta saling berbagi pengalaman di konferensi GLAM

Situasi konferensi GLAM Terbuka (dok. Istimewa)

Tidak hanya sekadar sebagai ajang pertemuan, konferensi itu juga bertujuan mengenalkan institusi GLAM terkait konsep Akses Terbuka, Hak Cipta dan Lisensi Bebas, Proyek Wikimedia untuk GLAM, dan gerakan terbuka lainnya di Indonesia.

"Para peserta saling berbagi pengalaman mengenai praktek akses terbuka. Ada yang berbagi mengenai kondisi institusi GLAM saat ini, penerapan hak cipta di Indonesia, dan upaya Wikimedia Indonesia dalam membuka koleksi GLAM," kata Manajer Hubungan Masyarakat dan Komunitas Wikimedia Indonesia, Hillun Vilayl Napis, dalam keterangan tertulis yang dikutip IDN Times, Kamis (17/11/2022).

2. Konferensi dihadiri perwakilan UNESCO

Ilustrasi perpustakaan (IDN Times/Reza Iqbal)

Ada juga yang menceritakan cara merawat warisan manuskrip nusantara melalui proyek Wiki Rescues Manuscript.

Bahkan, perwakilan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di Jakarta juga turut hadir dalam konferensi tersebut.

Kehadiran UNESCO tersebut bertujuan mengenalkan Warisan Ingatan Dunia UNESCO atau UNESCO Memory of the World dan proses nominasinya.

3. Institusi GLAM dituntut digital

Peserta konferensi GLAM Wikimedia Indonesia (dok. Istimewa)

Panitia Konferensi GLAM Terbuka, Hardiansyah, mengatakan, institusi GLAM saat ini dituntut untuk digital, dan harus bisa mengakses data koleksi melalui internet.

Sebab, hal ini merupakan sebuah keterbukaan untuk institusi GLAM yang berdampak luas terhadap penyebaran pengetahuan dan budaya di masyarakat.

"Tidak hanya itu, keterbukaan akan membuat ekosistem penelitian dan turunan karya baru di negara kita semakin berkembang," ujar Hillun.

Editorial Team