Jakarta, IDN Times - Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes menilai di era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto momen perombakan kabinet bisa terjadi kapanpun dan tak ada yang dapat menebak. Sebagai contoh mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani baru tahu akan dicopot satu jam sebelum upacara pelantikan di Istana Kepresidenan.
Begitu pula dengan mantan Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi. Ketika dikabarkan hendak diganti, ia sedang mengikuti rapat kerja di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Baik Sri Mulyani dan Budi Arie dicopot pada 8 September 2025. Seminggu kemudian Prabowo kembali melakukan kocok ulang kabinet pada 17 September 2025.
"Reshuffle itu menjadi sesuatu yang lumrah. Proses ini akan menjadi normalitas baru. Itu sebabnya IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) kita juga gak drop kan. Biasa aja. Jadi, orang sekarang menilai reshuffle itu sesuatu yang biasa," ujar Arya ketika dihubungi oleh IDN Times melalui telepon pada Sabtu (20/9/2025).
"Kalau dia (menteri-menteri) gak performed bisa digeser saja. Baik juga sebenarnya hal ini. Meskipun ini menimbulkan ketidakpastian, menteri-menteri tentu dag-dig-dugnya bisa panjang," imbuhnya.
Tetapi, di sisi lain, momen perombakan mendadak itu akan mendorong para menteri untuk bekerja dengan lebih baik. Sebab, bila tidak bekerja dengan baik, mereka akan dicopot.
Lalu, mengapa sejumlah menteri yang kerap dikeluhkan publik seperti Bahlil Lahadalia tetap dipertahankan?