Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Taruna Ikrar menanggapi kabar efisiensi anggaran membuat riset yang semestinya meneliti dua ribu sampel per tahun kini menjadi 100 sampel per tahun.
"Jadi kita efisiensi hal-hal yang tidak butuh, tapi tentu ada yang sifatnya urgent, mendasar, kita harus tetap spend untuk itu," ujar Taruna di Gedung BPOM, Kamis (13/2/2025).
Taruna mengakui lembaganya mengalami pemangkasan anggaran sebesar 41 persen, dari total anggaran sebesar Rp2,56 triliun. BPOM mengalami pemangkasan hingga Rp1,1 triliun setelah revisi efisiensi, sehingga tersisa sekitar Rp1,4 triliun.
"Betul Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mendapat efisiensi sebesar 54 persen, namun setelah dilakukan revisi kita tinggal 41 persen. Nah 41 persen ini dari Rp2,56 triliun menjadi yang dipotong Rp1,1 triliun. Jadi kita masih ada tersisa sekitar Rp1,4 triliun, " ujarnya.
Taruna merinci penggunaan anggaran tersebut. Dari Rp1,4 triliun yang tersisa, sekitar Rp880 miliar dialokasikan untuk biaya pegawai dan Rp200 miliar untuk operasional yang sudah berjalan.
"Dengan demikian, terdapat selisih anggaran sebesar Rp300 miliar, " katanya.
Meski anggaran berkurang, Taruna menegaskan bahwa BPOM tetap optimistis dapat menjalankan tugas pokok secara maksimal dari Sabang hingga Merauke.