Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Komisi III, Desmond J. Mahesa, turut berkomentar soal ramainya kritikan dari publik terkait upaya Polri yang serampangan menangkap pemuda asal Madiun, Jawa Timur, yang dituding jadi kaki tangan peretas Bjorka. Kepada media, pemuda berinisial MAH itu mengaku ponselnya sempat dibeli seseorang yang mengaku sebagai polisi.
Ponsel dengan jenama Xiaomi Redmi note 10 pro itu dibeli polisi senilai Rp5 juta. Tiga hari setelah ponsel dibeli, MAH tiba-tiba ditangkap polisi karena diduga turut membantu Bjorka. Pemuda berusia 21 tahun itu lalu ditetapkan sebagai tersangka personel Polri.
Desmond menyebut sudah tak heran dengan cara kerja personel Polri yang tidak beres. Politikus Partai Gerindra itu menilai polisi kerap terburu-buru dalam bekerja, yang penting menciptakan kesan ke publik pekerjaannya beres.
"Kalau polisi terburu-buru kan (sudah) biasa. Bangun kesan seolah-olah sudah beres, ternyata gak beres. Itu sudah jadi kebiasaan polisi," ujar Desmond di gedung DPR Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (20/9/2022).
Eks aktivis '98 itu malah menyebut, terkesan aneh bila polisi bekerja dengan benar. Menurutnya, selama ini personel Polri yang bisa bekerja dengan benar dan tepat hanya polisi tidur.
"Memang ada hari ini polisi yang benar? Gak ada kan? (Yang benar) hanya polisi tidur," kelakar dia.
Lalu, apa alasan polisi tetapkan MAH sebagai tersangka kasus Bjorka? Padahal, sehari-hari ia hanya bekerja sebagai penjual minuman es di Madiun.