Jakarta, IDN Times - Anggota komisi VI DPR, Deddy Yevri Sitorus mengaku bingung mengapa urusan distribusi minyak goreng juga diserahkan ke Menteri Koordinator bidang kemaritiman dan investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Ia mengingatkan adanya potensi konflik kepentingan saat Luhut yang memimpin operasi untuk membuat harga minyak goreng curah kembali ke angka Rp14 ribu.
Hal itu lantaran perusahaan milik Luhut yakni Toba Sejahtera Group juga memiliki bisnis perkebunan kelapa sawit melalui anak perusahaannya, PT Perkebunan Kaltim Utama (PKU) I. Selain itu, foto Luhut bersama tersangka kasus mafia minyak goreng, Master Parulian Tumanggor, viral di media sosial dan menjadi perbincangan publik.
Di sisi lain, Deddy turut mempertanyakan fungsi dari sejumlah menteri di bidang perekonomian lantaran tak mampu menurunkan komoditas minyak goreng hingga hari ini.
"Ini kan kalau apa-apa dan persoalan yang tidak bisa diselesaikan, lalu diambil alih oleh Pak Luhut, lalu kita punya Menko (perekonomian) itu untuk apa? Sebenarnya, itu kan yang juga menjadi pertanyaan kami di parlemen dan publik. Kok apa-apa harus dibebankannya ke Pak Luhut? Kok apa-apa, presiden malah menugaskan Luhut. Menteri-menteri (di bidang ekonomi) itu lalu untuk apa, kalau hanya bisa menjadi beban?" tanya politikus dari PDI Perjuangan itu kepada media pada Rabu, 25 Mei 2022 lalu.
Ia menambahkan bila menteri-menteri di bidang ekonomi dianggap tidak mampu untuk menuntaskan permasalahan distribusi minyak goreng, sebaiknya dicopot saja. Menurutnya, sejumlah menteri itu memang sudah gagal mengurusi permasalahan minyak goreng. Sebab, Luhut pernah menyampaikan isu kenaikan harga minyak goreng bisa diselesaikan dengan cara yang sederhana.
"Tapi, menurut saya enggak perlu lah sampai orang sekaliber Pak Luhut harus turun tangan juga mengurus perkara minyak goreng. Itu mah diurus dirjen saja. Enak banget yang jadi dirjen di Kementerian Perdagangan dan menterinya. Mereka pada ngapain? Makan gaji buta?" katanya lagi blak-blakan.
Lalu, apa komentar Luhut ketika namanya kembali disebut sebagai menteri segala urusan?