Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto enggan berkomentar soal pernyataan Anies Baswedan yang menuding ada Menteri Koordinator di kabinet Indonesia Maju yang hendak mengubah konstitusi Indonesia. Ia hanya menyebut bahwa posisi Menko tak hanya dijabat oleh dirinya.
"Menko (di kabinet) itu ada empat," ungkap Airlangga di kantor DPP Partai Golkar pada Minggu (19/3/2023).
Ia pun tak memberikan komentar lebih jauh dan langsung meninggalkan kantor DPP. Selain Airlangga, posisi Menko juga dijabat oleh Mahfud MD (Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan), Luhut Pandjaitan (Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi) dan Muhadjir Effendy (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan).
Salah satu upaya untuk mengubah konstitusi yakni dengan mendorong adanya penundaan pemilu 2024. Sebab, bila pemilu ditunda, maka isi UUD 1945 harus diamandemen.
Berdasarkan rekam jejak di dunia digital, Luhut dan Airlangga yang tercatat pernah menyampaikan isu penundaan pemilu. Pada Maret 2022, Luhut mengklaim dengan big data, ada 110 juta warganet yang mewacanakan agar pemilu 2024 ditunda.
Luhut mengklaim rakyat menginginkan Pemilu 2024 bisa ditunda hingga satu hingga tiga tahun. "Kita kan punya big data, dari data tersebut grab 110 juta (warganet yang menggunakan beragam platform) mulai dari Facebook, Twitter, macam-macam. Di Twitter saja, ada 10 juta lah (warganet) yang membicarakan isu ini," ungkap Luhut ketika berbicara di program siniar Deddy Corbuzier yang tayang di YouTube pada Maret 2022 lalu.
Sementara, Airlangga pada bulan Maret 2022 juga pernah menyebut bahwa penundaan pemilu merupakan aspirasi masyarakat. Golkar tak ingin menolak aspirasi masyarakat tersebut.
"Kita harus mengerti yang namanya aspirasi. Aspirasi tidak boleh ditolak apalagi Golkar suara Golkar suara rakyat. Nah itu demikian," kata Airlangga pada 10 Maret 2022 lalu.
Apakah masih bisa memperjuangkan agar konstitusi di Indonesia berubah jelang pemilu 2024?