Jakarta, IDN Times – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menyoroti rendahnya tingkat literasi dan numerasi di Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, Kemendikdasmen meluncurkan program masif yang berfokus pada perbaikan sarana prasarana serta penyediaan media pembelajaran digital.
Langkah ini diambil sebagai respons terhadap data survei Bank Dunia di awal tahun 2025 yang menunjukkan hanya 20,7 persen masyarakat Indonesia yang rutin membaca, serta temuan bahwa 75 persen anak Indonesia belum mampu memahami makna dari bacaan mereka.
Widyaprada Ahli Utama dari Direktorat Sekolah Dasar, Khamim, menyatakan bahwa data tersebut menjadi "PR besar" bagi dunia pendidikan.
"Jika kita melihat data terkait literasi numerasi dari survei World Bank awal 2025, sekitar 20,7 persen masyarakat Indonesia rutin membaca setiap hari, yang mengindikasikan minat baca masih rata-rata. Lebih mengkhawatirkan lagi, ditemukan ada 75 persen anak Indonesia bisa membaca tetapi banyak yang tidak memahami makna dari apa yang dibaca," ungkap Khamim di Workshop Diseminasi Sekolah Enuma Indonesia, Rabu (12/11/2025).
