Saat ini, Yani memaparkan, pihaknya selaku bagian dari Tim Badak dan pemerintah sedang mengusahakan untuk menyatukan individu-individu badak Sumatera yang ada agar lebih mudah bertemu dan bereproduksi. Tim Badak adalah kelompok yang terdiri dari enam organisasi konservasi yang bekerjasama menyelematkan badak Sumatera yakni WCS, International Rhino Foundation (IRF), Yayasan Badak Indonesia (YANI), World Wide Fund for Nature (WWF), Forum Konservasi Leuser (FKL) dan Leuser International Foundation (LIF).
“Strategi utama yang sekarang sedang diusung oleh pemerintah Indonesia adalah untuk menyatukan individu-individu badak Sumatera yang terisolasi ini ke dalam satu populasi yang memungkinkan mereka untuk bisa melakukan reproduksinya dengan lebih baik,” katanya.
Selain itu, Tim Badak juga berupaya untuk mengamankan habitat tempat tinggal badak Sumatera, yakni hutan tropis di Indonesia. Tak hanya para aktivis, masyarakat juga perlu berperan aktif dalam penyelamatan hutan-hutan ini. Oleh karena itu pekan lalu Tim Badak bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI menyelenggarakan Pameran Seni Badak Sumatera.
Pameran ini diharapkan bisa menjadi awal dari sosialisasi pentingnya penyelamatan badak Sumatera kepada masyarakat umum, khususnya pada generasi masa kini.
“Supaya generasi yang akan datang bisa lebih baik dalam perilaku sehari-hari, mengembangkan perilaku yang pro terhadap lingkungan, tidak terlalu konsumtif, sehingga kita tidak perlu mengorbankan hutan tropis kita yang menjadi habitat berbagai satwa langka, termasuk badak Sumatera.”
Dalam pameran yang berlangsung pada Jumat, 19 Januari hingga Minggu, 21 Januari lalu tersebut, dilelang beberapa karya seni yang diberikan secara cuma-cuma oleh para seniman lokal dan internasional. Untuk membantu upaya konservasi, seluruh lukisan yang dipamerkan dilelang lewat situs https://www.charitybuzz.com/support/InternationalRhinoFoundation dan bisa ditawar hingga 14 Februari mendatang.
—Rappler.com