Jakarta, IDN Times - Baharuddin Lopa adalah sosok yang tak lepas dari dunia hukum di Indonesia. Lopa adalah sapaan akrab keluarga dan rekan sejawatnya. Pria kelahiran 27 Agustus 1935 di Dusun Pambusuang, Sulawesi Selatan, ini terkenal sebagai tokoh anti-korupsi.
Dikutip dari buku Sejarah Pemikiran Indonesia (1967-1998), sosok Lopa digambarkan sebagai pendekar yang pantang mundur dan berani menanggung segala risiko. Dia juga akan mewujudkan apa saja yang telah diucapkannya. Hal tersebut digambarkan keluarga dekatnya H Islam Andada.
Ketika usianya 25 tahun, Lopa diangkat menjadi Bupati Kabupaten Majene, Sulawesi Selatan. Saat itu, Lopa diminta menghadapi Andi Selle dengan jabatan Komandan Batalyon 710, yang terkenal kaya raya karena melakukan penyelundupan.
Pada 1982, ayah tujuh anak itu meraih gelar Doktor Hukum Laut dari Universitas Diponegoro, Semarang. Pada tahun yang sama, Lopa merangkap menjabat sebagai kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kejaksaan Agung di Jakarta dan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulawesi Tenggara, Aceh, dan Kalimantan Barat.
Ketika Lopa menempati kursi Jaksa Agung, banyak kasus-kasus besar yang ditangani. Salah satunya kasus korupsi Presiden ke-2 RI Soeharto. Pihak keluarga mencemaskan keselamatan jiwanya. Tapi, dia tidak takut dengan siapa pun, kecuali kepada Sang Pencipta. Lopa hanya patuh pada hukum.
Memperingati Hari Pahlawan, sosok Lopa patut sebagai teladan dan panutan. Dia termasuk pahlawan yang berjasa menangani kasus korupsi di Indonesia. Lalu, bagaimana kehidupan Lopa pada masa itu? Yuk, simak kisahnya.