Surabaya, IDN Times - Bagi sebagian masyarakat Jawa Timur, momen Maulid Nabi Muhammad selalu diperingati dengan berbagai kegiatan kesenian masyarakat. Di Sidoarjo dan Lamongan misalnya, anak kecil di daerah itu masing-masing memiliki tradisi bandengan dan bantengan.
Beda lagi di Surabaya, dalam memperingati milad Nabi Muhammad, anak-anak mengenakan topeng dengan berbagai karakter.
Sayangnya, tradisi itu mulai ditinggalkan. Setidaknya, hal itu dikatakan oleh salah satu pengrajin topeng, Choirul Anam (50). Pengrajin topeng muludan asal Girilaya Gang 7, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya.
"Dulu itu, kalo muludan (Maulid Nabi) ya mesti identik dengan topeng kertas. Setiap muludan mesti anak-anak mainan topeng-topeng itu," ujar Anam membuka percakapan saat ditemui di rumahnya, Rabu (22/11). Meski tak lagi diminati, dia mengaku tetap akan menjalani profesi tersebut.