Banda Aceh, IDN Times - Tim penelitian dari Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala sebelumnya memprediksikan sebagian daratan di wilayah Kota Banda Aceh akan tenggelam dan menjadi lautan karena kenaikan permukaan air laut disebabkan pemanasan global atau akibat perubahan iklim.
Hasil penelitian dengan judul ‘Strategi Mitigasi Bencana Tsunami dan Banjir Rob yang Diperparah oleh Kenaikan Muka Air Laut Akibat Perubahan Iklim’ tersebut memprediksikan bahwa 3 persen dari daratan Kota Banda Aceh 50 tahun mendatang akan terendam air laut. Angka itu dikatakan akan meningkat, hingga menjadi 11 persen dalam waktu 100 tahun.
Tak hanya itu, Peneliti TDMRC Universitas Syiah Kuala, DR Syamsidik ST MSc bahkan menyampaikan, jika tsunami kembali terjadi dan melanda ibu kota provinsi ini, maka luas genangannya diprediksikan bisa mencapai 28 persen dari cakup rendaman saat tsunami sebelumnya, pada 2004 silam.
Permukaan air laut yang diprediksikan akan mengalami kenaikan dan bisa merendam sebagian daratan tersebut dikatakan memang tidak bisa dicegah langsung, namun dampak yang ditimbulkan bisa diminimalisir. Sehingga pemerintah kota bisa melakukan mitigasi sedini mungkin.
Didukung Partnerships for Enhanced Engagement in Research (PEER) U.S. Agency for International Development (USAID), tim TDMRC Universitas Syiah Kuala yang sudah melakukan penelitian sejak 2016 hingga akhir tahun 2019, juga menyarankan kepada Pemerintah Kota Banda Aceh tiga langkah pencegahan atau sebagai mitigasi.
“Ada tiga cara untuk pencegahan, yang telah kita sarankan ke pemerintah kota,” kata Syamsidik saat dikonfirmasi, Kamis kemarin .