Pameran Melati Suryodarmo dalam Museum Macan. 26 Februari 2020. IDN Times/Klara Livia
Menurut Aaron, Arisan Karya adalah inisiatif yang seru, namun juga memberikan dampak yang sungguh bernilai. Saat ini, banyak perupa sedang mengkhawatirkan kondisi finansial mereka.
"Harus diakui pula sistem kesenian seringkali sulit dijelajahi dan dimengerti dunia kesenian, bukan hanya berisi bursa dan pesta, namun membutuhkan kerja keras yang kadang kala kurang dihargai," ujarnya.
Karena itu, lanjutnya, masyarakat perlu mendukung para perupa. Kreativitas komunitas seni bisa dilihat di berbagai aspek dalam kehidupan bermasyarakat dalam wujud podcast, video, dan postingan media sosial yang dikonsumsi dalam sebulan terakhir.
"COVID-19 telah berdampak sungguh besar terhadap perupa dan budaya kita," ucapnya.
Aaron berharap, Arisan Karya dapat menjadi titik awal yang mendorong lebih banyak aksi positif. Dia juga ingin gerakan ini tidak hanya memotivasi komunitas seni lokal, tetapi juga menjadi sumber kebahagiaan untuk penikmat seni yang sedang bekerja dan belajar dari rumah.
"Dalam masa seperti ini, kita semua harus menunda pengalaman fisik dalam menikmati seni. Tetapi periode ini juga seharusnya memotivasi kita untuk bergerak," katanya.
Dari seluruh dana yang terkumpul, 70 persen akan disalurkan pada perupa atau organisasi sosial pilihan mereka. Dana yang tersisa akan digunakan untuk memfasilitasi komponen lain dari program ini, termasuk kompensasi bagi enam manajer seni terpilih dari beberapa kota di Indonesia.
Dana itu akan membantu mengoordinasikan program, pelaksanaan program pelatihan singkat untuk para manajer seni, dan pengembangan konten untuk publik (termasuk kiat berkesenian, lokakarya yang bisa dilakukan di rumah, atau program wicara).