Direktur Utama PAM Jaya Prayitno Bambang Hernowo saat memberi keterangan pers di Pulau Ayer (IDN Times/Gregorius Aryodamar P)
Masalah kedua, kata Bambang, adalah sumber air baku untuk memberikan akses air bersih kepada masyarakat. Sumber air baku Jakarta kini berasal dari Waduk Jatiluhur, Jawa Barat.
"Harga pokok produksinya itu lebih tinggi daripada yang tarif yang diberlakukan kepada warga itu, sehingga kita memastikan keterjangkauannya ," ujarnya.
Selain itu, PAM Jaya saat ini memiliki 907 ribu pelanggan dengan aliran air mencapai 20.725 liter per detik. Namun, jumlah itu masih kurang 13 ribu liter per detik untuk cakupan 100 persen di Jakarta.
"Inilah yang kemudian kami buat proyeksinya sampai dengan tahun 2030 apa saja yang kemudian harus kita lakukan untuk bisa mencapai cakupan layanan di tahun 2030 sebesar 100 persen," ujarnya.
Untuk bisa mencapai cakupan 100 persen, ada sejumlah upaya yang dilakukan PAM Jaya. Bambang mengatakan DKI akan memanfaatkan rencana penambahan pasokan air dari Jatiluhur dan Karian selaku wilayah hulu yang dikerjakan pemerintah pusat.
"Kemudian hilirnya kita harus mendistribusikan melalui jaringan perpipaan distribusi yang kita bangun," jelas Bambang.
Proyek tersebut diharapkan bakal menambah pasokan aliran air di Jakarta sebanyak 7.200 liter per detik pada 2024, sehingga semakin banyak warga yang mendapat air PAM.
Selain itu, Pemprov DKI juga tengah mengerjakan konstruksi di Buaran III, Pesanggrahan, Ciliwung, dan Uprating atau menambah pasokan di Buaran III, serta SPAM komunal. Ia optimistis 100 persen warga Jakarta bisa mendapat air bersih pada tahun 2030 dengan kemampuan mengalirkan air 33.725 liter per detik.
"Setelah itu tentunya tadi yang saya sampaikan ada penurunan energi yang harus kita lakukan di tahun dari tahun 2021 ini sampai kemudian tahun 2030," jelasnya.