Infografis jenis terapi oksigen untuk pasien COVID-19 (IDN Times/Aditya Pratama)
Susahnya mendapatkan oksigen tidak hanya dialami warga biasa. Bahkan rumah sakit (RS) pun demikian. Ada banyak pasien yang membutuhkan oksigen untuk penanganan, namun karena stok tinggal sedikit atau bahkan habis, RS-RS di berbagai daerah ketar-ketir.
Alhasil, banyak pengelola RS yang meminta oksigen ke pemerintah karena tak punya stok lagi. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Achmad Diponegoro Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, misalnya. Di RS ini, persediaan oksigen habis.
"Oksigen kosong, sedangkan pasien rawat inap di RS Putussibau saat ini sebanyak 27 pasien," kata Dirut RSUD Achmad Diponegoro Putussibau, Poltak Sianturi, dilansir ANTARA, Selasa (20/7/2021).
Poltak menyebutkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kapuas Hulu sebetulnya sudah melakukan antisipasi untuk memenuhi ketersediaan oksigen, namun oksigen tetap sulit didapat.
"Kami tetap berupaya untuk mendapatkan oksigen untuk kebutuhan rumah sakit," ucap dia.
Kelangkaan oksigen juga terjadi di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Kabupaten Sleman. Saat Dirut RS PKU Muhammadiyah Gamping Ahmad Faesol dihubungi, Rabu (21/7/2021), dia mengatakan stok oksigen di RS-nya hanya bisa bertahan hingga 2-3 jam lagi.
"Saat ini sudah pakai tabung oksigen bufer. (Bisa digunakan) 2-3 jam," kata Faesol.
Faesol menjelaskan, pasokan oksigen masih dalam perjalanan. Namun untuk jumlah yang akan dialokasikan bagi PKU Muhammadiyah Gamping, belum dapat dipastikan.
"Ini infonya suplai oksigen baru sampai Prambanan. Kalau jumlahnya belum tahu," katanya.
Faesol menerangkan, ada 76 pasien COVID-19 yang dirawat di PKU Muhammadiyah Gamping. Ditambah beberapa pasien yang dirawat di ICU dan ICCU.
"Pasien COVID-19 ada 76 tambah ICU ada 2 dan ICCU 1 pasien," terangnya.
Kekurangan oksigen juga terjadi di banyak rumah sakit di Kota Bogor, Jawa Barat.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, kebutuhan oksigen liquid untuk 21 rumah sakit yang tersebar di Kota Bogor sebanyak 14 ton per hari.
"Kita masih kekurangan (oksigen), kebutuhan pasokan oksigen 21 rumah sakit Kota Bogor sebanyak 14 ton liquid oksigen per hari," kata Dedie, (21/7/2021).
Dari kebutuhan itu, saat ini baru terpenuhi sekitar 6 ton. Untuk kekurangannya dipenuhi dari tabung 6 m3.
"Kekurangan dipenuhi dari tabung 6m3. Contoh RSUD setiap hari butuh 210 tabung. Padahal kebutuhan liquid oksigen 4,5 ton per hari," kata Dedie.
Guna memenuhi pasokan oksigen bagi pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit, Wali Kota Bogor Bima Arya sebelumnya telah meminta pemerintah pusat untuk bergerak lebih cepat mengatasi kelangkaan oksigen ini.
Hal tersebut diungkapkan Bima Arya saat meninjau tiga titik stasiun pengisian (filling station) oksigen, pada Jumat (16/7) lalu. Titik yang dikunjungi yakni PT Sandara Baswana Gas di Citeureup, PT Rezki Gasindo Jaya di Gunung Putri, dan PT Aneka Gas Industri (Samator) Cileungsi, Kabupaten Bogor.
"Tiga titik ini yang memasok oksigen ke semua RS di Kota Bogor. Kondisinya memang masih kritis, masih darurat. Semua mengeluhkan pasokan di pabrikan yang tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan saat ini, sehingga jalur distribusi ke RS terhenti. Jadi masuk sedikit-sedikit dan dipaksa dibagi ke rumah sakit yang betul-betul membutuhkan," ungkap Bima Arya.
Akibat kurangnya pasokan oksigen, kata Bima, Instalasi Gawat Darurat (IGD) di sejumlah RS di Kota Bogor tidak bisa melayani pasien.
"Oksigennya sudah habis. Sementara filling station ini juga tergantung pasokannya dari pabrikan. Yang di sana (pabrikan) juga kapasitas produksinya terbatas. Jadi, situasinya memang sangat darurat, semuanya menyiasati dengan cara membagikan dulu bagi RS yang membutuhkan," terang Bima.
Karena itulah Bima Arya mendesak pemerintah pusat untuk bergerak lebih cepat mengatasi kelangkaan oksigen.
"Karena dampaknya banyak. Berdampak pada angka kematian warga isoman yang melonjak, berdampak juga pada keterisian tempat tidur. Tempat tidur di RS pun tidak bisa digunakan karena oksigennya juga tidak ada. Jadi, rasanya semua harus bergerak cepat," tambah politisi PAN ini.