Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi oleh Rappler Indonesia

Oleh Adelia Putri dan Bisma Aditya

JAKARTA, Indonesia — Kedua penulis kolom baru Rappler, Bincang Mantan, adalah antitesa pepatah yang mengatakan kalau sepasang bekas kekasih tidak bisa menjadi teman baik. Di kolom ini, Adelia dan Bisma akan berbagi pendapat mengenai hal-hal acak, mulai dari hubungan pria-wanita hingga (mungkin) masalah serius

Adelia: Masih banyak hal (dan orang) baik di dunia ini

Seperti salah satu tahapan di Alcoholic Anonymous: semua harus dimulai dari mengakui kalau ada sesuatu yang salah dari diri kita, sebagai individual maupun komunitas. 

Buat saya, kita selama ini terlalu banyak bohong kepada diri sendiri.

Katanya kita Bhinneka Tunggal Ika, padahal rasisnya bukan main. Tidak percaya? Kenapa hingga saat ini masih ada stereotipe antar suku, ada orang yang tidak boleh menikah karena beda suku, atau yang paling parah, kenapa bisa-bisanya pahlawan asal Papua dikatai mirip monyet?

Kita berkoar-koar membela ‘saudara’ yang didiskriminasi di luar negeri, padahal sehari-hari kalau ada yang beda pendapat langsung dikatai cebong atau kaum bumi datar, yang beda aliran agama diusir dari tempat tinggalnya. Bohong kalau kita toleran.

Bohong kalau kita tidak takut. Semua hashtag-mu tak ada artinya kalau sebenarnya kita masih saling melabeli, masih takut pada sesama. Only after you admit that there’s a problem, you can start fixing it.

Dan mengakui masalah bukan berarti menutup mata akan hal-hal baik di luar sana.

Kamu bisa tetap mengakui kalau kamu sedikit rasis, tapi tetap menyukai kedamaian ketika ada acara yang bisa menyatukan semua suku di Indonesia. Kamu bisa mengakui kalau kamu takut, tapi tetap berusaha mengingat bahwa merangkul yang berbeda akan punya hasil yang lebih baik dibandingkan dengan menjauhi mereka.

There are still good things in life to celebrate, and as cliche as it sounds, once you encountered many bad things, like nowadays, you’ll also be more sensitive towards the goodness — and that’s something we need to be grateful for.

Iya, banyak manusia jahat seperti teroris. Iya, banyak orang yang yakin bahkan mendukung tindakan keras dan keji untuk mencapai sebuah tujuan — terlepas apapun agama mereka, dan iya, kejahatan ada di mana-mana, dari pemerkosa hingga begal.

Saya harap kalian tak pernah melihat dunia sebagai tempat yang kelam. Percaya atau tidak, di balik kejahatan yang terjadi, kamu juga bisa melihat hal-hal baik muncul dari orang-orang yang tidak terduga: dari orang yang membawa korban insiden ke rumah sakit, dari polisi yang tanpa ragu menyelamatkan anak yang dibawa oleh pelaku pengeboman dalam aksinya, dari tenaga medis di Surabaya yang datang di hari libur untuk membantu penanganan korban, dan lain-lain.

Iya, manusia jahat bertebaran di mana-mana. Namun, terkadang kejahatan yang bertubi-tubi bisa jadi penyadar kalau satu, kita memang punya masalah yang harus dibenahi — baik dari tatanan sosial hingga pengajaran agama, dan dua, there are still goodness in this world, and that’s something we can always be grateful for.

Saya mau menutup tulisan kali ini dengan sebuah rangkaian Instastory yang berhasil menghangatkan hati banyak orang di saat masa-masa kelam. Semoga hati kita masih tetap hangat dan terbuka pada kebaikan orang lain, meskipun hal buruk kerap terjadi di Indonesia.

 

Bisma : Kita harus ingat bahwa kita semua manusia

Editorial Team

Tonton lebih seru di