Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi toleransi (IDN Times/Sukma Shakti)

Jakarta, IDN Times - Menjelang perayaan Natal 25 Desember mendatang, kembali beredar isu terkait boleh tidaknya mengucapkan Selamat Natal kepada umat Nasrani. Menurut Ketua Tanfidziah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas, ucapan Selamat Natal dalam konteks persaudaraan manusia tidak menjadi persoalan jika tidak dikaitkan dengan ranah teologis.

"Kita cukup dengan menghargai apa yang umat agama lain lakukan dengan membiarkannya dan tidak berbuat keributan. Biarkanlah mereka lakukan apa yang mereka yakini, sedang kita fokus pada apa yang kita yakini. Itu intinya," kata Robikin, seperti dilansir Antara, Senin (23/12).

1. Boleh tidaknya ucapan Selamat Natal dari umat Muslim kepada umat Nasrani dikembalikan kepada niatnya

Kapolda Sumut Irjen Pol Martuani Sormin Siregar merayakan natal di gereja HKBP Lau Dendang, Deli Serdang (Dok. IDN Times)

Mengutip pendapat ulama asal Mesir Syekh Yusuf Qaradhawi, Robikin mengatakan, boleh tidaknya ucapan Selamat Natal dari umat Muslim kepada umat Nasrani dikembalikan kepada niatnya.

Kalau berniat hanya untuk menghormati atau berempati kepada teman yang Nasrani, tidak masalah. Terlebih dalam konteks Indonesia merupakan negara majemuk.

"Apalagi ucapan Natal itu dimaksudkan sebagai ungkapan kegembiraan atas kelahiran Nabi Isa AS sebagai rasul. Nah, dengan panduan dan batasan seperti itu, apakah momentum Natal bisa menjadi ajang untuk mempererat dan mengikat kembali tali kebangsaan kita? Saya jawab pasti," ujar Robikin.

2. Perlu ada kemauan bersama di antara para pemeluk agama untuk membuka ruang dialog antarumat

Editorial Team

EditorSunariyah

Tonton lebih seru di