Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
pengukur suhu.jpeg
Alat AWS penguhur suhu panas dari IPB di pasang di SMP IT Insantama Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (27/10/2025). IDN Times/Linna Susanti.

Intinya sih...

  • 20 alat AWS dipasang di berbagai lokasi di Bogor

  • Suhu Bogor capai 36 derajat, ruang terbuka hijau jadi kunci

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bogor, IDN Times Wilayah Kota dan Kabupaten bogor, Jawa Barat dinilai memerlukan alat pengukur suhu udara yang memberi rekomendasi penataan ruang dan vegetasi sebagai langkah mengurangi panas tinggi yang terjadi.

Dosen GFM IPB University, Idung Ristianto, mengatakan, tidak hanya hutan kota seperti Kebun Raya Bogor yang harus dipertahankan melalui kebijakan pemerintah, tetapi Bogor juga secara umum memerlukan kebijakan berbasis data.

Menurut dia, Bogor saat ini memerlukan data cuaca berbasis teknologi detail di tiap titik-titik wilayah untuk menentukan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

"Memang ruang terbuka hijau dengan lahan terbangun tidak seimbang. Data cuaca seperti AWS bisa membantu memetakan," kata Idung saat jumpa pers pemasangan alat AWS di SMP IT Insantama Kota Bogor dan Pra Maca Ekspo #8, Senin (27/10/2025).

1. 20 alat AWS sudah dipasang di berbagai lokasi di Bogor

Dosen GFM IPB University Idung Ristianto saat meninjau pamasangan alat AWS di SMP IT Insantama Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (27/10/2025). IDN Times/Linna Susanti.

Idung mengatakan, sementara ini alat AWS baru tersebar di 20 titik. Di antaranya di dua desa di Sentul, serta wilayah Cimahpar, Kedung Halang, Semplak, dan tiga desa di Pamijahan serta di kampus-kampus.

“Ada juga di tiga desa Ciherang, satu di Insantama, dan beberapa di kampus dengan tiga alat dan tiga layer pengukuran,” kata Idung.

AWS ini berfungsi untuk memantau suhu, kelembapan, dan curah hujan setiap 10 menit yang hasilnya akan digunakan untuk prediksi cuaca berbasis data.

2. Suhu Bogor capai 36 derajat, ruang terbuka hijau jadi kunci

Kebun Raya Bogor. Dok. humas

Idung memaparkan, hasil pengamatan alat menunjukkan suhu maksimum di Bogor mencapai 36 derajat celsius pada pukul 13.00–14.00 WIB.

“Secara natural panas karena lintangnya dan ruang terbuka masih sedikit,” ujar Idung.

Dia pun menyoroti ketidakseimbangan antara ruang hijau dan lahan terbangun, terutama di kawasan perbatasan Kota dan Kabupaten Bogor seperti Ciomas dan Bubulak.

“Ruang terbuka hijau jangan hanya di tengah kota, karena puting beliung sering muncul di pinggir kota,” kata dia.

Menurut Idung, jika vegetasi ditambah, maka suhu bisa turun dari 34 menjadi 32 derajat celsius.

3. Dari urban farming sampai RDTR

Urban farming di Kota Semarang. (dok. Pemkot Semarang)

Selain edukasi, kata Idung data AWS juga bisa dimanfaatkan untuk perencanaan kota.

“Alat ini bisa membantu pemerintah membuat RDTR,” kata Idung.

Dia juga mendorong sekolah memanfaatkan vegetasi sebagai solusi alami memanfaatkan ruang terbatas untuk meredam panas di sekitar.

“Bikin urban farming, semoga Insantama bisa menginisiasi. Sekolah bisa konsisten menanam, menyerap CO₂ lewat vertikultur dan lainnya,” ujar dia.

4. Edukasi cuaca untuk siswa, belajar langsung dari data

Noor Jannah seorang prakirawan cuaca di Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang menunjukkan pergerakan angin kencang yang berhembus di tiap kabupaten/kota. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Adapun pemasangan alat ini bukan hanya untuk riset, tetapi juga bagian dari pembelajaran bagi siswa SMP IT Insantama.

“Siswa bisa membaca alat ini, berkomunikasi ke orangtua, dan belajar di kelas indoor maupun outdoor,” kata Idung.

Harapannya, anak-anak bisa memahami cuaca secara ilmiah, bukan sekadar feeling semata.

“Ke depannya, anak-anaknya basisnya data sehingga lebih komplit,” ucap dia.

Editorial Team