Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-10-24 at 12.40.59 (1).jpeg
Media Briefing Isu Mikroplastik di Balai Kota, Jumat (24/10/2025). (IDN Times Dini Suciatiningrum)

Intinya sih...

  • Air hujan membersihkan polutan, tapi terkontaminasi mikroplastik

  • Pembakaran sampah secara terbuka meningkatkan kandungan mikroplastik di udara

  • Korelasi antara curah hujan dan deposisi mikroplastik di Jakarta

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Profesor Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova, menjelaskan bahwa salah satu sumber utama mikroplastik yang mencemari udara berasal dari pakaian yang digunakan masyarakat sehari-hari.

"Yang pertama dari pakaian-pakaian yang kita gunakan. Sebagian besar sekarang adalah polyester atau nylon atau polimer yang sintetis, bukan katun misalnya yang memang natural fiber. Kemudian yang kedua adalah dari penggunaan plastik sekali pakai," jelasnya di Balai Kota, Jumat (24/10/2025).

1. Air hujan bersihkan polutan

Ilustrasi hujan (IDN Times/Sukma Shakti)

Reza mengungkapkan, sebenarnya air hujan aslinya bersih bahkan membersihkan berbagai macam polutan termasuk di wilayah Jakarta.

"Saat air hujan turun membersihkan, maka pada ketika itu air terkontaminasi oleh mikroplastik. Jadi memang kita bisa bilang secara kasar (mengandung), tapi kalau saya lebih tepatnya terkontaminasi, tapi memang karena di dalamnya itu sudah bercampur, terbawa, jadi mungkin saya takutnya salah kalau mengandung lebih jadi lebih baik menggunakan kata terkontaminasi," katanya

2. Pembakaran sampah

DLH DKI Jakarta angkut sampah usai perayaan HUT ke-80 TNI di Monas. (Dok.DLH DKI)

Reza mengatakan, aktivitas masyarakat yang membakar sampah secara terbuka juga jadi faktor kandungan mikroplastik di hujan Jakarta

"Ketika pembakaran secara terbuka itu dilakukan dan masif hampir setiap hari, apalagi sekarang mikroplastik itu akan lebih cepat kemungkinan terbang ke udara," ucapnya

3. Korelasi antara hujan dan mikroplastik

ilustrasi hujan. (IDN Times/Febriana Sinta)

Reza menceritakan, isu tentang kandungan mikroplastik dalam air hujan bukan hal yang baru. Namun, penelitian di Indonesia baru sekitar 10 tahun jika dilihat dari penelitian awal yang dipublikasi tahun 2012.

Saat itu, BRIN melihat bahwa mikroplastik ini berada dalam air, air tawar, air pesisir, kemudian air laut termasuk tanah dan biotanya.

"Tetapi pada saat tahun pandemik, kami melakukan kajian sebenarnya mau melihat bagaimana interaksi antara darat dengan laut terkait dengan mikroplastik, dan kami melakukan sampling dengan menggunakan alat penangkap air hujan. Nah, yang kami harapkan adalah bisa melihat berapa banyak sebenarnya deposisi mikroplastik yang turun," jelas Reza.

Reza merinci, usai dilakukan sampel tiap bulan sebanyak 12 kali maka diketahui melalui publikasi yang dilakukan di tahun 2022, data bahwa mikroplastik itu ada di Jakarta.

"Kami mendapatkan data bahwa mikroplastik itu ada antara 3 sampai 40 partikel per persegi per hari yang jatuh dari udara ke darat sebenarnya. Jadi memang terdapat korelasi antara curah hujan dengan mikroplastik," kata Reza.

Editorial Team