Pawai ini diawali doa bersama di masjid seusai salat Magrib. Tak kurang dari seribu orang yang memadati halaman masjid hingga meluber ke jalan raya. Mereka membawa oncor yang beraneka bentuk. Di sepanjang jalan, peserta kirab mengumandangkan istighfar, tahmid dan salawat.
Ketika sampai di sudut-sudut kampung, dikumandangkan adzan dan iqamah. Hal ini sebagai bentuk permohonan kepada Allah SWT untuk menjauhkan marabahaya dan musibah dari kampung tersebut.
Bupati Ipuk yang ikut berkeliling tersebut juga menyempatkan diri untuk menyapa warga yang berdiri di sepanjang jalan. Permintaan foto bersama dilayani Ipuk dengan sabar.
Setelah berkeliling kampung, semua peserta pawai obor kembali berkumpul di titik awal. Di halaman masjid, mereka makan bersama nasi tumpeng yang telah dibawa sebelumnya.
Dengan riang dan guyub masyarakat Baluk menyantap sajian tersebut.
Ketua Takmir Masjid Darul Falah sekaligus panitia penyelenggara peringatan tahun baru hijriyah, Sugito, menyebutkan bahwa tradisi ini telah berlangsung sejak lama. “Namun, dalam dua tahun terakhir ini libur karena pandemi. Saat ini kami mulai lagi karena pandemi sudah cukup terkendali,” ungkapnya.
Pawai oncor-oncoran di Lingkungan Baluk sendiri, imbuh Sugito, sebagai bagian dari mendoakan kampungnya agar terselamatkan dari berbagai bala dan musibah. “Di empat penjuru kampung, kita adzani. Ini sebagai doa agar Allah menghindarkan segala musibah dari kampung kami,” terangnya.