ilustrasi capres dan cawapres (IDN Times/Aditya Pratama)
Kunto menuturkan, penerimaan publik terhadap Presiden perempuan semakin bertambah jika dihadapkan pada permasalahan konkret yang dihadapi bangsa.
Dia menilai, temuan tersebut menandakan perempuan dipersepsikan memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah yang merupakan salah satu kualitas penting sebagai pemimpin sebuah negara.
"Ketika ditanyakan tentang permasalahan utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, 62,4 persen responden yakin bahwa Presiden perempuan mampu mengatasi permasalahan tersebut," ujar dia.
Survei yang bertajuk 'Opini Publik Pada Pemimpin Perempuan' ini juga menanyakan kualitas karakter yang dimiliki pemimpin negara perempuan di dunia yang menurut UN Women lebih berhasil menangani COVID-19.
Responden mengatribusikan kompetensi 8,5 persen, teliti 7,5 persen, dan ulet atau telaten 7,2 persen sebagai kualitas yang dimiliki pemimpin perempuan dalam memimpin negaranya keluar dari krisis COVID-19.
Jika dibandingkan dengan jawaban mereka yang setuju pada kepemimpinan Presiden perempuan, karakter yang menonjol adalah tegas dan berwibawa 25,3 persen, kebijakan pro-rakyat 20,5 persen, dan bijaksana 17,6 persen.
"Dari temuan ini, publik percaya kualitas kepemimpinan dengan sifat feminim seperti teliti, telaten, dan ulet dipandang mampu mengatasi masalah yang konkret seperti COVID-19. Di lain sisi, ketika ditanya kepemimpinan yang abstrak, publik merujuk pada sifat maskulin seperti tegas atau bijaksana," kata Kunto.
Lebih lanjut, Kunto memaparkan temuan hasil surveinya, yakni mereka yang tidak setuju terhadap Presiden perempuan. Beberapa alasannya, laki-laki lebih kompeten (36,6 persen), menyalahi kodrat atau ajaran agama (25,2 persen), dan kurang tegas (13,9 persen).
Kelompok generasi Z dengan rentang usia 17-24 tahun lebih banyak yang setuju Presiden perempuan (62,3 perempuan) dibandingkan kelompok generasi milenial (53,5 persen), generasi X (53,7 persen), dan generasi boomers (53,7 persen).
"Kita temukan bahwa generasi yang lebih muda ternyata lebih terbuka pada gagasan kepemimpinan perempuan dibanding mereka yang lebih tua," ujar dia.