Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi varian baru COVID-19, Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi varian baru COVID-19, Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Erlina Burhan mengungkapkan gejala pasien Omicron hampir sama dengan flu. Namun, ada gejala yang khas pada pasien Omicron.

Dia menerangkan pasien (Omicron) yang masuk di RSUP Persahabatan rata-rata mengalami gejala klinis mulai batuk, kelelahan atau pegal-pegal, hidung tersumbat atau berair.

"Omicron ini menyerang saluran nafas bagian belakang, khasnya (gejala) hidung tersumbat atau meler, nyeri tenggorokan diikuti batuk, terbanyak batuk kering, jadi gejalanya lebih variasi atau lebih banyak daripada flu," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (3/2/2022).

1. Boleh minum obat untuk meredakan sakit

ilustrasi demam (IDN Times/Mardya Shakti)

Erlina mengatakan jika mengalami gejala tersebut boleh saja minum obat-obat yang meredakan bila perlu sesuai resep dokter.

"Silakan minum obat-obat untuk meredakan nyeri tenggorok juga obat yang melegakan kalau perlu resep dokter, tapi jika sekadar parasetamol kan bisa sendiri. Kalau resep dokter biasanya antivirus," imbuhnya.

Infografis gejala khas COVID-19 varian Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)

2. Periksakan diri jika alami gejala

Ilustrasi swab test (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Meski demikian, Erlina menyarankan bila mengalami gejala tersebut sebaiknya memeriksakan diri agar diketahui apakah terkonfirmasi Omicron atau flu biasa.

"Jika tahunya flu, biasanya masyarakat abai protokol kesehatan namun jika ketahuan terkena COVID-19 kita langsung (disiplin) protokol kesehatan agar tidak menular ke orang lain," ujarnya.

3. Meski gejala ringan tetapi hati-hati untuk kelompok rentan

Default Image IDN

Dia menambahkan mayoritas pasien Omicron yang dirawat di RSUP Persahabatan menunjukan gejala ringan seperti batuk, sakit tenggorokan, badan lelah.

Meski gejala ringan tetapi Erlina mengingatkan jika terkena pada kelompok rentan lansia dan anak-anak akan menjadi berat.

"Meski ringan (gejala) tapi hati-hati kelompok lansia dan anak-anak gejala bisa berat. Jika kasus tidak terkendali maka sistem kesehatan Indonesia bisa kewalahan," ujarnya

 

Editorial Team