Murid-murid TK dalam kegiatan Helper Goes to School di Yayasan Pendidikan Rama Makassar, Selasa (18/2). IDN Times/Istimewa
Marroli mengungkapkan anak stunting secara fisik akan terlihat lebih pendek, memiliki daya intelektual dan nalar yang rendah sehingga sulit bersaing. Untuk itu perlu dilakukan tindakan-tindakan preventif, selain menjaga pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi juga dengan mencegah pernikahan dini.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pernikahan dini atau pernikahan anak pada 2020 berada di angka 10,18 persen. Angka ini masih di atas target Strategi Nasional Pencegahan Perkawinan Anak (Stranas PPA), yaitu 8,74 persen pada akhir 2024.
Dokter Mario Johan, yang menjadi narasumber dalam acara tersebut menambahkan bahwa stunting tidak hanya pendek secara fisik, tetapi juga memiliki beberapa masalah lain. Pertama, tingkat kecerdasan atau IQ rendah dibanding anak seusianya. Kedua, anak stunting lebih lemah dan mudah sakit. Masalah ketiga adalah ketika anak dewasa, ia akan mudah terkena penyakit kronis seperti darah tinggi, kencing manis, ataupun jantung.
“Bisa dibilang anak stunting menjadi generasi yang tidak berkualitas. Stunting tidak hanya memengaruhi pertumbuhan anak seperti tinggi atau berat badan, tetapi juga perkembangannya,” jelas Mario.