Kan juga biasa-biasa saja. Menurutku, bukan ranahku memberikan statement seperti itu ya. Karena aku juga tidak mempunyai hak untuk memilih apa yang bapak lakukan.
Oke aku bisa ikut dalam diskusi pengambilan keputusannya, tapi apakah aku punya kapasitas untuk mengintervensi bapak? Aku gak mau karena keluarga itu harus saling support. Kalau misalkan ayah ada fokus apa yang dikerjakan, kita support. Begitu juga aku, aku fokus apa, bapak-ibu support.
Ada privilege gak sih yang kamu rasakan selama ini?
Pasti banyak, privilege yang paling banyak aku rasakan dengan bapak di posisi eksekutif, itu aku rasanya bisa konsultasi apapun dengan bapak karena bapak memiliki pemahaman secara teknisnya di situ dan memiliki wawasannya yang sangat luas. Jadi aku merasa selalu ada tempat untuk bertanya dan bapak juga selalu hadir untuk memberikan jawaban atau arahan karena tipe mendidiknya bapak itu agak beda mungkin. Bapak itu kalau ke aku, jawabannya seringkali men-trigger aku buat berpikir lagi.
Misalkan aku konsultasi terkait sesuatu, 'Yah, kalau misalnya aku kayak gini nanti gimana?' Gak dikasih langsung jawabannya kamu harus kayak gini, gak. Tapi kira-kira bagaimana proses berpikirnya. Itu sih menurut aku proses-proses sepertinya itu membentuk bapak yang selama ini berproses dalam kariernya dan itu membentuk aku selama ini berpikir kuat. Dan aku sangat bisa memiliki rasionalitas, dan itu turun dari privilege dari akses langsung ke bapak.
Alam sama bapak dan ibu itu ngobrolnya serius atau sering bercanda?
Malah jarang banget serius kalau sama bapak. Bapak itu belum pernah menjadikan pekerjaannya topik obrolan di meja makan, kecuali aku sama ibu tanya, bapak dengan welcome menjawab terus mendiskusikannya, tapi kalau bapak sendiri menaruh topik diskusinya belum pernah, seingetku gak pernah, apalagi ke aku.
Jadi mungkin aku bisa melihat kalau bapak itu sedang mencoba untuk membedakan porsi yang mana pekerjaan, yang mana keluarga agar tidak menyaru di situ karena keluarga bisa support. Tapi pada masa bapak menjabat entah itu sebagai gubernur atau anggota dewan, keluarga tidak ada intervensi di situ, hanya masukan. Makanya bapak berusaha memisahkan hal itu, makanya obrolannya keseharian yang receh-receh tapi aku memang ajak bapak diskusi, terutama yang berat-berat dan so far bapak sangat open.
Parenting dari bapak dan ibu ke kamu gimana?
Kepercayaan. Bapak sama ibu menurut aku, bisa dalam artian bapak-ibu berhasil dengan memberikan kepercayaan, bukan kebebasan. Karena batasanya itu cukup tipis.
Kepercayaan itu diberikan ketika aku diberikan batasan-batasan tertentu, jadi kayak koridor, titik A, titik B, kamu bebas berkreasi dan bapak dan ibu tidak intervensi tapi siap hadir untuk konsultasi.
Dan kepercayaan itu menaruh 3 poin utama, 3 pembelajaran. Itu yang pertama, aku jadi lebih lebih mengenal diri sendiri. Karena kepercayaan itu memberikan kewenangan aku sepenuhnya untuk memutuskan apa yang aku inginkan, dan aku ke depannya seperti apa dan eksekusianya demikian. Ketika mengambil keputusan itu, aku gak bisa main-main, harus ada pemikiran matang, ada rasionalitas, ada ada rasa emosional di situ karena aku harus tahu apa yang aku bisa dan aku inginkan. Jadi itu membentuk aku mengenal diri sendiri.
Kedua, soal tanggung jawab. Setelah memutuskan, ada tanggung jawab, entah berhasil atau enggak. Kalau keputusanku berdampak buruk, akulah yang bertanggung jawab. Dan yang ketiga, ya menumbuhkan rasa rasionalitas karena kepercayaan ini, memberikan aku keleluasaan, aku mau berkarya seperti apa dan aku merasa gak pernah sendiri karena bapak ibu selalu memberikan semua keleluasaan.
Ini pertama kali ikut kampanye atau dari kecil?
Kalau waktu SD sekadar ikut saja, nempel bapak ke mana-mana buat bisa melihat dan merasakan dan mungkin bentuk bapak memperkenalkan bapak kerja seperti apa, kalau bapak sibuk bukan ngapa-ngapain, tapi ada kebaikan yang ingin dibawa, cuma kalau sekarang memang beda kondisinya.
Aku di awal mencoba ngobrol dengan bapak di masa-sama proses seperti ini, 'Yah, aku sudah cukup dewasa dan aku ingin mengembalikan apa-apa yang sudah ayah kasih ke aku, dan menunjukkan baktiku ke ayah, aku mau bantu ayah'.
Ayah awalnya agak, cuma aku mau coba, apa yang selalu ayah lakukan. Awalnya input ide, masukkan ke timnya bapak, cuma lama kelamaan, terutama setelah interview sama Mba Rosi, sama ibu juga, kita bertiga, karena waktu itu kami pikir momen waktu bertiga untuk waktu yang lama.
Setelah dari Mba Rosi itu, undangan ke mana-mana ada. Itulah, aku sekalian juga membagikan proses pengalaman itu. Kondisinya sekarang aku lebih aktif. Bentuknya tenaga dan pemikiran. Ada beberapa ide yang alhamdulillah itu dieksekusi dalam bentuk visi misi atau gaya kampanye bapak.