Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi akhirnya berbagi cerita soal di balik layar Indonesia bisa terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Menurut Retno, perjuangan Indonesia untuk bisa terpilih sungguh tidak mudah. Kampanye agar Indonesia bisa kembali duduk di kursi anggota tidak tetap sudah dimulai sejak tahun 2016 lalu.
Bahkan, menurut Retno, Indonesia hingga membentuk satu utusan khusus yang terdiri para ahli diplomasi, dimulai dari Menlu periode 2001-2009, Hasan Wirajuda, Wamenlu A.M Fachir, mantan Menteri Perdagangan dan diplomat lainnya.
"Pokoknya setiap orang yang bisa kita mintai tolong, kita minta tolong. Saya pun terbang ke berbagai negara untuk melobi agar mereka bersedia mendukung Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB," ujar Retno yang ditemui saat mengisi talkshow bersama millennials di Kantin Diplomasi pada Selasa (8/1).
Selama tiga bulan jelang voting, Indonesia bahkan sampai berkantor di sana. Retno dan Fachir secara bergantian mengisi kantor itu dan melobi agar bisa meraih suara.
"Di setiap sudut kantor PBB di New York, itu pasti ada orang Indonesianya. Jadi, sampai seperti itu," kata dia.
Lalu, apakah peranan Presiden Joko "Jokowi" Widodo ikut berpengaruh terhadap terpilihnya Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB?