Jakarta, IDN Times - Eks Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal tak akan bisa melupakan momen ketika Provinsi Aceh tiba-tiba dihantam gempa bumi dahsyat 9,3 Skala Richter (SR) pada 26 Desember 2004. Kemudian, tak berapa lama menyusul gelombang tsunami yang menyapu hampir seluruh area di provinsi ujung barat Indonesia itu. Padahal, ia yang pada waktu itu masih menjabat sebagai juru bicara bidang luar negeri presiden, tengah mendampingi atasannya meninjau korban gempa bumi di Nabire, Papua.
"Pagi itu, di Nabire, Papua, rakyat sedang siap-siap melepas Presiden SBY dan Ibu Ani, yang semalam sebelumnya tidur di tenda setelah memberi bantuan kepada para korban gempa bumi," tulis Dino di bukunya berjudul 'Harus Bisa: Seni Memimpin a la SBY' yang diluncurkan pada Mei 2008 lalu.
Namun, SBY dan Ani dikagetkan dengan informasi telah terjadi gempa dahsyat di bumi serambi Mekah. SBY ketika itu hendak diberi masukan agar tak langsung menuju ke Aceh untuk meninjau para korban dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya, agar proses evakuasi korban tak terhalang dengan kedatangan rombongan presiden.
Bab yang khusus membahas mengenai kunjungan SBY langsung ke Aceh usai dilanda tsunami terasa pas untuk mengenang peristiwa kemanusiaan yang telah merenggut lebih dari 166 ribu nyawa warga Aceh. Dino menuliskan peristiwa itu berdasarkan pengamatannya yang mendampingi SBY ke lokasi.
Selama lima tahun bertugas sebagai jubir, Dino selalu tekun mencatat hal-hal mengenai Ketua Umum Partai Demokrat itu dan kemudian dijadikannya sebuah buku. Bab yang membahas mengenai peristiwa tsunami 15 tahun lalu itu diberi judul 'Dalam Krisis, Pemimpin Harus Selalu Berada di Depan'. Kalian penasaran bagaimana catatan Dino soal sikap SBY yang memutuskan sehari setelah tsunami harus bertolak ke Aceh? Berikut IDN Times kutip dari catatan SBY di akun resmi Facebooknya tahun 2014 lalu: