Keluar dari penjara, Eyang Sri kembali ke rumahnya di Cirebon. Pada 1998 hingga 2007 ia pindah ke rumahnya di Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat. Selama itu pula ia bertahan hidup dengan berbagai cara. Mulai dari membuat cerita pendek (cerpen) hingga menjadi ahli pengobatan tradisional.
Eyang Sri belajar teknik pengobatan dari istri pemimpin PKI Dipa Nusantara Aidit (D.N Aidit), Sutanti Aidit. Sutanti juga dikenal sebagai dokter spesialis akupunktur pertama yang dimiliki Indonesia.
“Kalau Eyang kadang nulis cerpen, kan lumayan itu nyambung hidup. Selamanya masih bikin cerpen sampai sekarang. Eyang juga ngobatin orang sakit saraf, apa saja. Sampai disebutnya dukun PKI. Kebetulan orang Pemda kenal baik karena berobat ke Eyang, dari lurah sampai Wali Kota,” ungkap dia seraya tertawa.
Eyang Sri juga terlibat membantu mahasiswa dalam aksi menurunkan Soeharto pada 1998.
“Waktu itu, bantu mahasiswa demo itu. Kami ibu-ibu itu bikin nasi bungkus untuk para pendemo,” tutur dia dia.
Pada 2007 Eyang Sri pindah ke panti jompo Waluya atas ajakan politikus PDIP Ribka Tjiptaning dan restu dari keluarganya.