Beda halnya dengan Efendi, pria 53 tahun ini memilih tak mengungsi lantaran tak ada kesmpatan lagi menyelematkan barang berharga dan mengungsi ke posko pengungsian.
"Keluarga saya di atas aja gak turun. Barang-barang, TV, kulkas, gitu abis semua gak ada yang selamat, abis mau ditaruh dimana, mau ngungsi juga gak keburu," kata Efendi.
Efendi tak mengira akan datang banjir karena sudah dibangun tembok dan revitalisasi sungai Ciluwung. Banjir yang datang tiba-tiba membuat dirinya memilih bertahan di rumah.
"Kalau zaman dulu itu banjir dikasih tahu, Katulampa udah naik sekian, kita buru-buru ngungsi. Sekarang gak karena kita pikir gak banjir karena dibangun tembok ini, tapi ternyata (banjir) naik," ungkap dia.
Selain itu, menurut Efendi, pemberitaan dan pemberitahuan soal banjir di Jakarta dari pemerintah juga kurang.
"Soalnya karena dadakan itu tadi, kalau dulu mah ngungsi. Pikiran orang ke situ, beritanya juga cuma waspada doang, pikir-pikir kan gak banjir gitu, gak tahunya air masuk lebih parah," cerita Efendi.