Presiden Prancis Emmanuel Macron menghadiri upacara untuk almarhum wartawan Prancis dan intelektual Jean Daniel di Hotel des Invalides di Paris, Prancis,pada 28 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Christian Hartmann
Icha mengungkapkan, sebelum Pemerintah Prancis memberlakukan lockdown secara total, mereka terlebih dulu menutup secara bertahap tempat-tempat yang menjadi pusat keramaian atau tempat berkumpulnya orang banyak.
Di mulai pada 12 Maret, Presiden Macron mengumumkan akan menutup institusi pendidikan pada 16 Maret, dan meminta masyarakat untuk tidak keluar rumah jika tidak perlu.
Setelah itu, Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe mengatakan, akan ada penutupan lainnya yakni restoran, kafe, bar hingga bioskop pada Sabtu 14 Maret. Barulah pada Selasa 17 Maret, Presiden Prancis memberlakukan lockdown selama lebih dari dua pekan.
Saat kebijakan itu ditetapkan, Prancis tengah menghadapi 6.633 kasus virus corona dengan korban meninggal sebanyak 148 orang, dan 12 lainnya sembuh. Namun, saat artikel ini dimuat, jumlah kasus virus corona di Prancis telah melonjak dua kali lipat.
IDN Times mencatat, pada Sabtu (21/3) pukul 18.00 WIB, ada 12,632 kasus virus corona di negara tersebut, dengan total kematian 450 orang dan tanpa peningkatan angka kesembuhan.