Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi COVID-19. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Jakarta, IDN Times - Indonesia mulai kembali dikepung kasus COVID-19. Indikasinya kasus harian COVID-19 dalam sepekan terakhir terus mengalami kenaikan. 

Data Satgas Penanganan COVID-19 per Selasa (1/2/2022) menunjukkan kasus aktif yang menjadi tanda jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit atau menjalani isolasi mandiri, ikut naik. Kasus aktif per hari ini mencapai angka 81.349. 

Sementara, kasus harian dalam 24 jam terakhir bertambah hingga 16.021. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak September 2021. 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, sudah sejak akhir Januari 2022 memperkirakan puncak penyebaran Omicron akan terjadi pada Februari hingga Maret 2022. Itu sebabnya, ia sudah mengimbau pemilik perusahaan agar bersedia kembali menggunakan skema bekerja dari rumah atau work from home (WFH). 

Namun, pernyataan yang paling mengejutkan, dalam keterangan pers pada 31 Januari 2022, Luhut menyebut angka kasus harian ketika Omicron mencapai puncak yakni tiga kali lipat saat varian Delta 'menghajar' Indonesia pada Juli 2021. Artinya bila pada puncak varian Delta kasus harian mencapai 56.757, maka Luhut memprediksi kasus harian ketika varian Omicron mencapai 170.271. 

"Kasus konfirmasi per tanggal 30 Januari 2022 masih berada di angka seperlima. Saya ulangi, di angka seperlima dari puncak Delta pada Juli tahun lalu. Perawatan di rumah sakit Indonesia saat ini juga sangat cukup aman, yakni sepersepuluh dari puncak Delta," ungkap pria yang menjabat komandan PPKM wilayah Jawa-Bali itu dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden. 

Apakah kasus harian yang menembus angka 16 ribu menjadi pertanda Indonesia memasuki gelombang ketiga COVID-19?

1. Kasus harian dan kasus aktif konsisten naik dalam sepekan terakhir

Ilustrasi Virus Corona. (IDN Times/Aditya Pratama)

Untuk mengetahui tren kasus COVID-19, berikut IDN Times rangkum kasus harian COVID-19 dan aktif dalam satu pekan terakhir:

25 Januari 2022

  • Kasus harian: +4.878
  • Angka kematian harian: +20
  • Akumulasi kasus aktif: 24.856
  • Jumlah orang yang dites: 176.407

26 Januari 2022

  • Kasus harian: +7.010
  • Angka kematian harian: +7
  • Akumulasi kasus aktif: 29.77
  • Jumlah orang yang dites: 244.413

27 Januari 2022

  • Kasus harian: +8.077
  • Angka kematian harian: +7
  • Akumulasi kasus aktif: 35.704
  • Jumlah orang yang dites: 236.651

28 Januari 2022

  • Kasus harian: +9.905
  • Angka kematian harian: +7
  • Akumulasi kasus aktif: 43.574
  • Jumlah orang yang dites: 258.145

29 Januari 2022

  • Kasus harian: +11.588
  • Angka kematian harian: +17
  • Akumulasi kasus aktif: 52.555
  • Jumlah orang yang dites: 261.050

30 Januari 2022

  • Kasus harian: +12.422
  • Angka kematian harian: +18
  • Akumulasi kasus aktif: 61.718
  • Jumlah orang yang dites: 205.803

31 Januari 2022

  • Kasus harian: +10.185
  • Angka kematian harian: +17
  • Akumulasi kasus aktif: 68.596
  • Jumlah orang yang dites: 202.393

1 Februari 2022

  • Kasus harian: +16.021
  • Angka kematian harian: +28
  • Akumulasi kasus aktif: 81.349
  • Jumlah orang yang dites: 235.905

Terlihat jelas dari tren kasus harian, kenaikan pelan-pelan mulai terjadi sejak 26 Januari 2022. Tetapi, lonjakan kasus aktif terjadi massif pada hari ini yaitu 16.021.

Hal itu semakin menguatkan karakteristik Omicron jauh lebih menular dibandingkan varian Delta. Namun, Omicron belum sepenuhnya mengambil alih varian Delta. 

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pernah menyebut gejala yang ditimbulkan dari varian Omicron lebih ringan dibandingkan Delta. Tetapi, pada Senin kemarin, ia menyebut pasien yang meninggal akibat varian Omicron telah mencapai lima orang. 

2. Indonesia berpotensi masuk gelombang ketiga

Juru bicara vaksin dari Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi (Tangkapan layar YouTube Kemenkes)

Sementara, ketika dimintai tanggapannya, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan dengan adanya tren kenaikan kasus harian COVID-19, Indonesia berpotensi sudah masuk ke gelombang ketiga.

"Jadi, ini berpotensi sudah masuk ke gelombang ketiga. Kami masih terus monitor beberapa hari ke depan. Kami juga masih melihat pola peningkatan kasus," ungkap Nadia kepada IDN Times melalui pesan pendek, Selasa (1/2/2022). 

Bila skenario terburuk itu yang terjadi, maka pemerintah kembali mengandalkan strategi lama. Mereka akan memprioritaskan fasilitas kesehatan bagi pasien COVID-19 dengan gejala sedang hingga berat.

Bagi pasien tanpa gejala atau gejala ringan diminta untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Sebab, bila semua pasien Omicron dirawat, maka hal tersebut akan membebani tenaga kesehatan. 

"Ke depan bila kasus Omicron terus bertambah, kemungkinan isolasi yang diterapkan adalah isolasi mandiri tetapi akan dilakukan pengawasan yang ketat dari Puskesmas maupun pusat layanan kesehatan setempat," ujar Nadia ketika mengisi webinar secara virtual mengenai cara menghadapi pandemik COVID-19, 16 Januari 2022.

Untuk membantu pasien Omicron yang tengah menjalani isoman di rumah bisa cepat pulih, maka pemerintah kembali menggencarkan layanan telemedicine. Cara ini berbeda bila dibandingkan dengan strategi yang diterapkan sekarang. Sebelumnya, pemerintah akan meminta pasien Omicron menjalani perawatan secara terpusat di RSDC Wisma Atlet atau RSPI Sulianti Saroso. 

Nadia juga menyebut, mayoritas pasien yang terinfeksi Omicron tak menunjukkan gejala atau bahkan gejalannya ringan. Tetapi, varian ini tetap harus diwaspadai lantaran lebih menular dibandingkan galur Delta. 

"Gejala Omicron mayoritas adalah batuk, pilek, yang akan hilang dengan sendirinya," tutur dia. 

3. Warga trauma melihat insiden COVID-19 Delta di bulan Juli, lebih pilih dirawat di rumah sakit

ilustrasi nakes kelelahan setelah memberikan pelayanan pasien positif COVID-19 (IDN Times/Ervan)

Sementara, Wakil Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi), dr Koesmedi Priharto mengatakan saat ini warga yang terinfeksi COVID-19 dan dirawat di rumah sakit, mayoritas menunjukkan gejala ringan. Belajar dari pengalaman melawan varian Delta, masyarakat kini tetap memilih dirawat di rumah sakit ketimbang melakukan isolasi mandiri di rumah. Itu sebabnya, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupany rate (BOR) di DKI Jakarta melonjak hingga 45 persen. 

"Kita tahu warga masih trauma atas insiden bulan Juni dan Juli 2022 lalu. Trauma itu sangat berat dan masih sulit dilupakan. Ketika itu kan banyak warga yang melakukan isolasi mandiri, tapi gagal," ungkap Koesmedi ketika berbicara dalam diskusi virtual MNC Trijaya yang dikutip dari YouTube, Minggu (30/1/2022).

Gagalnya warga melakukan isoman, kata dia, disebabkan banyak faktor. Mulai dari tempat di rumah yang tidak memadai untuk dilakukan isoman hingga ada banyak anggota keluarga di rumah. Di antara mereka ada yang mengidap komorbid hingga berusia lansia.

Alhasil, mayoritas warga saat ini memilih membawa anggota keluarga yang positif COVID-19 ke rumah sakit. Namun, Koesmedi mengingatkan masyarakat biaya rumah sakit bagi pasien COVID-19 yang saat ini ditanggung pemerintah adalah mereka yang mengalami gejala sedang, berat hingga ke kritis.

"Bila mengalami gejala ringan atau tidak menunjukkan gejala sama sekali, maka disarankan untuk isoman di rumah. Tapi, kalo mereka tetap ingin dirawat, maka wajib menyertakan informed consent secara tertulis. Di sana tertulis, bahwa biaya ditanggung oleh masing-masing individu," katanya. 

Koesmedi telah mengimbau seluruh pimpinan rumah sakit yang menjadi anggota Persi agar menyampaikan informasi tersebut kepada warga. Ia tak mau terjadi persepsi yang berbeda di masyarakat sehingga tercipta pola pikir bahwa pemerintah tak bersedia memfasilitasi.

Editorial Team