Melalui akun media sosialnya, Agus menulis surat yang ditujukan bagi Zaini dengan judul "Kang Zaini, Kami Tak Kuasa Merangkai Takdirmu". Di dalam surat berisi curhat tersebut, Agus mengatakan ia langsung meninggalkan rapat mengenai Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) begitu mendengar Zaini akan dieksekusi. Pada Minggu (18/03), 54 anggota OKI, termasuk Indonesia tengah membahas nasib negara Muslim lainnya yang tengah mengalami masalah.
Agus mengatakan timnya mengetahui Zaini akan dieksekusi pada Minggu pagi. Tim pengacara kemudian langsung menuju ke penjara Mekkah, tempat Zaini ditahan selama 14 tahun terakhir.
"Pada saat akan tiba di penjara, akses jalan nyatanya telah ditutup oleh barikade polisi. Tim tidak dibolehkan untuk mendekat dan hanya bisa memantau dari kejauhan," tulis Agus.
Kemudian, tim dari KBRI sempat bertemu dengan Abdul Aziz, pengacara yang sempat mendampingi Zaini. Rupanya, si pengacara memiliki kenalan di dalam penjara Mekkah untuk mencari informasi mengenai eksekusi Zaini.
"Dari kenalannya itu, Abdul mengonfirmasi berkas-berkas eksekusi terhadap Zaini sudah lengkap," katanya lagi.
Sekitar pukul 10:46 waktu setempat, rombongan mobil polisi, mobil penjara, ambulans dan dikawal beberapa mobil intel keluar dari penjara menuju ke Distrik Al Nawariyyah, Mekkah. Di sanalah, Zaini akan dieksekusi pancung.
Tim KBRI mencoba untuk mendekati lokasi, tapi akses menuju ke area itu diblokir polisi. Alhasil, tim KBRI kerap diusir oleh polisi.
Proses eksekusi pun dilakukan tepat pukul 11:00 waktu setempat. Rombongan polisi dan ambulans kemudian membawa jasad ke RS King Abdul Aziz Mekkah. Di sana, jasadnya disimpan. Petugas administrasi rumah sakit sudah selesai membuatkan surat kematian.
Jenazahnya kemudian dibawa ke pemakaman Al Syaro'i. Tim KBRI lalu mendapatkan informasi jasad Zaini dimakamkan di kuburan 47 Blok 34.
Agus pun bergegas ke pemakaman umum tersebut dan melakukan salat goib di depan makam Zaini.