Jakarta, IDN Times - Salah satu pasien COVID-19 menumpahkan keluh kesahnya di media sosial mengenai lambannya pihak rumah sakit menangani para pasien. Pasien yang bersedia membuka identitasnya, Riki Rachman Permana mengunggah pengakuannya di medsos pada Jumat (27/3) soal lamanya mengetahui hasil tes swab.
Tes itu dilakukan dengan cara petugas medis mengambil sampel cairan di tenggorokan dan hidung. Aktivitas ini lebih akurat dibandingkan rapid test.
Di dalam surat terbuka itu, Riki mengaku tahu terinfeksi virus corona pada (14/3) lalu. Usai dinyatakan positif, ia kemudian dirawat di ruang isolasi RSD Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat.
Kondisinya kini digambarkan di dalam surat itu sudah mulai membaik. Selang infus sudah boleh dilepas dan kini ia tengah menanti hasil tes swab 3 hingga ke-5. Namun, waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui informasi itu cukup lama.
"Saat pengambilan specimen COVID-19, dari pengalaman kami di Cirebon, hasil swab 1 orang saja bisa memakan waktu 7 hari untuk memastikan apakah seseorang benar dinyatakan positif corona atau negatif," tulis Riki di surat terbuka itu pada (26/3) lalu.
Proses menunggu dalam situasi yang tidak pasti justru membuat mental pasien jadi diliputi kekhawatiran. Kini, tes swab ketiga yang dilakukan pada (14/3) lalu pun belum diketahui.
Permasalahan itu seolah menumpuk lantaran pengiriman surat berisi hasil tes juga harus melewati proses birokrasi yang berbelit-belit. Alur pengiriman surat yakni dimulai dari level provinsi, kemudian ke dinas kesehatan kota dan baru tiba di rumah sakit pasien dirawat.
"Ini baru contoh kasus di Cirebon. Bisa dibayangkan bila spesimen swab berasal dari kota yang jauh lokasinya dengan Balai Besar Tekonologi Lingkungan (BBTKL) di DKI Jakarta dan beberapa kota lainnya," ungkap dia lagi.
Lalu, apa yang diharapkan oleh Riki melalui surat terbuka itu? IDN Times telah meminta izin kepada Riki untuk memuat suratnya di laman ini.