Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Saut Situmorang curhat kalau dirinya sempat disebut kambing oleh publik lantaran pimpinan lembaga antirasuah tersebut dianggap cuek dalam pengusutan kasus penyidik Novel Baswedan. Sudah hampir dua tahun, kasus teror penyiraman air keras yang menimpa Novel telah berlalu. Namun, pengusutan kasusnya seolah menemui jalan buntu.
Kemajuan terakhir yang pernah disampaikan oleh Kapolri, Jenderal (Pol) Tito Karnavian ke Presiden Joko "Jokowi" Widodo adalah polisi sudah berhasil membuat sketsa dugaan pelaku penyiram air keras ke wajah penyidik berusia 40 tahun itu. Peristiwa itu terjadi pada 31 Juli 2017 lalu. Kepada media, Tito mengatakan sketsa tersebut bisa digambar berkat informasi dari saksi kunci yang melihat terduga pelaku sebelum peristiwa itu terjadi
"Diduga dia (pria yang ada di sketsa) adalah pengendara sepeda motor penyerang," kata Tito ketika memberikan keterangan pers di tahun 2017.
Setelah itu, belum ada perkembangan yang signifikan. Namun, ketika ditanyakan kepada Presiden Joko "Jokowi" Widodo apakah ia akan mulai mempertimbangkan pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) independen, jawabannya lagi-lagi dilempar ke Polri.
"Saya sudah mendapatkan laporan mengenai progres perkembangan dari Kapolri yang sudah bekerja sama dengan KPK, Kompolnas, Ombudsman dan Komnas HAM. Tapi, tanyakan langsung ke Kapolri," ujar Jokowi ketika menghadiri peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) di area Bidakara pada Selasa (4/12).
Lalu, bagaimana sesungguhnya posisi pimpinan melihat pegawainya diteror dengan air keras?