Dari Kemadang ke Timbanuh Tegakkan Kesetaraan Cegah Kekerasan Seksual

"Kemadang Menuju Kalurahan Wisata Ramah Anak Bebas Kekerasan dan Eksploitasi Anak". Tulisan itu terbentang di gapura pintu masuk desa, menyambut siapa pun yang datang. Tepat di sebelah kiri gapura, berdiri kantor kepala desa Kemadang. Kemadang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
Desa ini cukup jauh dari kota. Jarak tempuh ke ibu kota kabupaten/kota 17 km. Sedangkan jarak tempuh ke jantung kota Provinsi Yogyakarta 60 km.
Kendati berada jauh di penghujung selatan Pulau Jawa, tepatnya di Yogyakarta, anugerah alam berupa pantai-pantai berpasir putih yang menghadap ke Samudra Hindia dan juga hutan rindang yang belum banyak terjamah, membuat desa ini ramai dikunjungi wisatawan penikmat alam.
Sebagai desa yang kini menjadi salah satu tujuan wisata bahari, Desa Kemadang dikunjungi banyak orang. Termasuk dari luar Yogyakarta. Saat musim libur Lebaran pertengahan Mei 2022 lalu, rombongan bus-bus besar memadati tempat-tempat parkir di Pantai Kukup, Pantai Baron, Pantai Sepanjang, Pantai Watu Kodok dan pantai lainnya. Tampak penumpang bus, laki-laki perempuan, tua muda berhamburan keluar bus menjejakkan kaki mereka di pasir dan menghirup segarnya udara laut selatan.
Menjadi salah satu desa tujuan wisata membuat Desa Kemadang dilimpahi banyak dampak positif. Salah satu yang terlihat jelas adalah hidupnya perekonomian yang mendongkrak pendapatan masyarakat. Seorang warga bernama Pariati mengungkapkan, dulu sebelum desanya ramai, dia berjualan es dawet dengan pendapatan ala kadarnya. Kini, bersama warga lainnya, dia berjualan aneka makanan di pinggir pantai untuk para pelancong. Dengan tersenyum lebar, perempuan 57 tahun ini mengaku kehidupan keluarganya saat ini lebih baik.
"Sudah ada perkembangan, ramai, ramai terus meningkat (pendapatan), sangat membantu," ujar Pariati kepada IDN Times, Kamis 12 Mei 2022.
Kemajuan desa ini juga terlihat dari jalan-jalan aspal yang mulus, bahkan hingga masuk ke area pantai. Bangunan-bangunan di sepanjang jalan dari pintu masuk desa dicat warna biru laut, seolah memberi ciri khas Desa Kemadang.
Meski mendapat banyak manfaat, tapi desa ini juga dibayang-bayangi berbagai dampak negatif akibat majunya sektor pariwisata, seperti eksploitasi dan kekerasan seksual yang rentan menimpa anak dan perempuan.
Namun, ternyata pemimpin di desa ini sudah jauh-jauh hari telah mengantisipasi, mencegah terjadinya hal-hal negatif tersebut. Salah satu yang dilakukan adalah dengan mencanangkan Desa Kemadang menjadi Desa Ramah Anak, Bebas Kekerasan dan Eksploitasi Anak. Tidak hanya itu, desa ini juga ditetapkan menjadi desa berspektif gender.
Kepala Desa Kemadang Sutono mengatakan, mencanangkan desanya menjadi desa ramah anak sejak 2010. Tujuannya tak lain untuk melindungi semua anak di desanya.
"Karena anak itu punya hak, hak itu jangan dirampas, kadang-kadang hak anak itu dirampas," ujar Sutono Kepada IDN Times, Minggu 29 Mei 2022.
Sementara sebagai desa berspektif gender, Sutono menjelaskan, semua kegiatan di Desa Kemadang wajib melibatkan perempuan.
"Apapun kegiatannya, 30 persen harus melibatkan perempuan di semua kegiatan, peran dari perempuan itu sangat banyak untuk pembangunan daerah kami dan harus dilindungi," ujar Sutono yang menjadi kepala desa Kemadang tiga periode sejak 2007-2025, dan tidak bisa lagi dipilih karena terbentur undang-undang.
Perempuan dan anak di garda terdepan
Apa yang disampaikan Sutono bukan isapan jempol semata. Saat IDN Times berkunjung ke kantor Kepala Desa Kemadang pada Kamis 12 Mei 2022 lalu, tampak sekelompok ibu-ibu berkerumun di selasar kantor kepala desa. Berdandan rapi, ibu ibu yang tampak lebih tua kompak mengenakan batik berwarna kuning, sementara ibu-ibu yang lebih muda mengenakan seragam batik cokelat.
Menjelang azan zuhur, para perempuan berbaju batik dengan kerudung aneka warna terus berdatangan ke kantor desa. Beberapa di antara mereka menenteng tas berisi dokumen-dokumen.
Seorang ibu berbaju batik cokelat bernama Ifa mengatakan, para ibu berkumpul di kantor desa untuk mengikuti kegiatan dan sosialisasi terkait program kesehatan. Perempuan 31 tahun ini mengungkapkan, para ibu yang berkumpul di kantor desa merupakan kader dan perwakilan dari setiap padukuhan di Desa Kemadang.
Padukuhan merupakan pembagian wilayah administrasi di Yogyakarta, yang berada langsung di bawah desa atau kelurahan. Selanjutnya di bawah Padukuhan ada RW dan RT.
Di samping Ifa, duduk Pariati yang mengenakan batik warna kuning. Ifa mengaku merupakan perwakilan dari Padukuhan Pucung. Ifa dan Pariati mengungkapkan, para perempuan di desanya aktif mengikuti berbagai kegiatan, begitu juga remaja dan anak-anak.
Dengan aktifnya semua warga, dari anak-anak hingga orang dewasa dalam berbagai kegiatan, kedua ibu itu mengatakan, hampir tidak ada orang yang menganggur tak punya kegiatan di Desa Kemadang. Dari anak-anak, mereka punya sanggar-sanggar tempat belajar dan bermain untuk menggali potensi mereka. Bahkan ada Forum Anak yang rutin digelar di desa untuk mendengar suara dan masukan dari anak-anak.
Begitu juga para remajanya, mereka terlibat dalam karang taruna dan berbagai kelompok masyarakat yang telah lama dibentuk, seperti kelompok anti kekesarasan dan trafficking, kelompok sadar wisata, kelompok napza, kelompok dasawisma, kelompok belajar, dan kelompok lainnya.
Sementara orang dewasa, selain sibuk di kegiatan ekonomi, juga aktif menjadi wali-wali sanggar, pengajar, pembimbing dan anggota kelompok-kelompok masyarakat tersebut.
Ifa dan Pariati contohnya. Kedua ibu ini sehari-hari berjualan makanan di pinggir pantai, namun juga aktif menjadi perwakilan padukuhan dan kader kelompok dasawisma.
Kepala Desa Sutono mengatakan, dia telah mengikutsertakan anak-anak dalam musyawarah desa sejak 2013. "Karena anak-anak itu punya hak untuk bersuara," ujarnya.
Dari upaya melibatkan anak-anak dalam musyawarah dan aktifnya Forum Anak, maka terbentuklah aneka sanggar dan tempat bermain di Desa Kemadang, sesuai permintaan anak.
IDN Times sempat melihat salah satu sanggar di Padukuhan Karang Lor 1. Namun siang selepas azan zuhur itu, suasana di bangunan bercat biru itu masih sepi. Hanya terlihat white board besar menempel di tembok dan informasi lainnya. Kursi-kursi dan meja kayu bersandar rapi di sepanjang tembok. Pada Kamis siang, 12 Mei 2022 itu, anak-anak di Kemadang masih menikmati hari-hari pertama mereka masuk sekolah, usai libur panjang.
Dengan aktifnya semua warga di berbagai lini kehidupan, Pariati dan Ifa serentak mengatakan, desanya aman dan jauh dari gangguan dan masalah-masalah yang meresahkan.
Keduanya memastikan tidak pernah ada kejadian kekerasan seksual apalagi eksploitasi yang menimpa anak dan perempuan di Desa Kemadang. Begitu juga, tak ada masalah kenakalan anak dan remaja, serta kriminal lainnya.
"Rasanya aman-aman aja, enak-enak aja, santai, yang penting inget sama larangan-larangan, kita beritahu ke anak-anak, beritahu ke tetangga," ujar Pariati yang merupakan perwakilan dari Padukuhan Kayubimo.
Pariati dan Ifa bisa memastikan tidak pernah terjadi kasus kekerasan seksual dan juga masalah lainnya, karena keduanya merupakan perwakilan padukuhan yang bertanggung jawab mengetahui kondisi di padukuhan mereka.
Menurut Ifa, yang baru dikaruniai satu anak usia balita, setiap masalah yang timbul di warga desa pasti cepat diketahui. Sebab, warga yang tergabung dalam kelompok-kelompok masyarakat bertugas juga memantau kondisi di lingkungan mereka. Bila terjadi suatu masalah, akan diselesaikan oleh RT, RW dan Padukuhan. Selanjutnya dibawa ke tingkat desa bila masalah itu harus melibatkan perangkat desa.