Janet Valentina/IDN Times
Di tengah-tengah perjalanan menuju lokasi tujuan, panitia secara bergantian berusaha menjaga semangat para peserta aksi dengan menyerukan yel-yel penyemangat yang komunikatif di bawah teriknya matahari. Deretan yel-yel itu merefleksikan perjuangan dan misi yang belum selesai. Yel-yel tersebut berbunyi seperti berikut ini:
Panitia: "Perempuan bersatu!" | Peserta: "Tak bisa dikalahkan!"
Panitia: "Perempuan bergerak!" | Peserta: "Tak bisa dihentikan!"
Panitia: "Patriarki!" | Peserta: "Hancurkan!"
Panitia: "Perempuan dan laki-laki bersatu!" | Peserta: "Wujudkan Kesetaraan!"
Tidak hanya menggugah semangat peserta melalui yel-yel, panitia juga memberikan orasi yang berisikan edukasi mengenai pentingnya aksi ini untuk dilakukan. Contohnya, tim panitia menunjukkan fakta berdasarkan data yang mengungkap bahwa perempuan di Indonesia masih banyak mengalami kekerasan seksual. Selain itu, orasi juga dialamatkan untuk mengkritik sambutan publik yang begitu meriah terhadap kedatangan Raja Salman dari Saudi Arabia beberapa hari lalu. Malahan, peserta justru diingatkan tentang tingginya jumlah tenaga kerja Indonesia di Saudi Arabia dan negara lain yang menjadi korban pelecehan dan kekerasan. Paralel dengan hal ini, kekerasan seksual terhadap anak juga menjadi perhatian pada aksi kali ini, mengingat banyaknya kasus-kasus pelecehan seksual yang menimpa anak-anak.
Momen ini juga digunakan untuk mendesak pemerintah agar segera mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. Meskipun aksi ini bernama Women's March Jakarta, panitia juga memberikan panggung kepada para orator yang mewakili kelompok masyarakat yang lebih luas. Salah satunya adalah perwakilan laki-laki yang menyuarakan kepedulian terhadap kasus pelecehan seksual pada laki-laki, juga perwakilan dari kaum transgender dan LGBT yang mengalami hal serupa. Pada intinya, aksi ini dilakukan untuk menyerukan gerakan anti-diskriminasi dan intoleransi terhadap semua segmen dalam masyarakat. Apapun agama, suku, ras, budaya, gender dan orientasi seksual seseorang, tiap individu berhak untuk dihormati hak-haknya dan diperlakukan dengan humanis.