Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ketua DPP PDI Perjuangan, Deddy Yevry Sitorus (IDN Times/Lia Hutasoit)
Ketua DPP PDI Perjuangan, Deddy Yevry Sitorus (IDN Times/Lia Hutasoit)

Jakarta, IDN Times - Ketua DPP PDI Perjuangan Deddy Yevry Sitorus menjelaskan soal pernyataannya yang menyebutkan, kehadiran Presiden ke-7 RI Joko "Jokowi" Widodo di panggung politik Indonesia merupakan dosa partainya.

Menurut Deddy, ini terkait langkah-langkah politik Jokowi dalam satu tahun terakhir. Deddy menegaskan, Jokowi yang lahir dari rahim politik PDI Perjuangan telah mengambil langkah-langkah yang dianggap keluar dari etika, moral, dan politik yang diperjuangkan oleh partai.

"Berkali-kali saya katakan, jangankan kami PDI Perjuangan, mungkin malaikat pun tertipu dengan kelakuan (Jokowi) satu tahun terakhir, saya kira ini final saya gak mau lagi menyebut-nyebut nama itu," kata dia di kantor DPP PDIP, Jakarta, Kamis (19/12/2024).

Deddy menyoroti dugaan penggunaan kekuasaan secara berlebihan, termasuk mobilisasi aparatur negara, ASN, hingga kepala desa dalam pemilu dan pilkada. Bahkan, menurutnya, langkah-langkah ini tidak hanya mencederai nilai-nilai partai, namun juga konstitusi. Dia menyinggung peran Mahkamah Konstitusi (MK) dan Mahkamah Agung (MA) yang dianggap diarahkan untuk kepentingan politik Jokowi dan keluarganya.

“Bagaimanapun, Jokowi itu lahir dari rahim PDI Perjuangan. Sejak dia menjejakkan kaki di dunia politik, menjadi wali kota Solo dua periode, satu periode, meskipun tidak penuh menjadi gubernur DKI Jakarta lalu menjadi presiden 10 tahun. Itu tentu ada andil, keringat, tenaga dari PDI Perjuangan," kata Deddy.

Namun menurutnya, satu tahun terakhir, cara pengelolaan kekuasaan jauh dari tabiat PDIP. Dia juga mengingatkan bahwa PDI Perjuangan memiliki tanggung jawab moral atas kader yang lahir dari partai, namun kemudian bertindak di luar nilai-nilai yang disepakati.

Editorial Team