RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) (Instagram.com/rscm.official)
Dr Tjipto Mangoenkoesoemo merupakan tokoh pergerakan kemerdekaan nasional. Bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara, ia dikenal sebagai "Tiga Serangkai", yang banyak mengkritisi pemerintahan Hindia Belanda.
Ia juga tokoh Indische Partij, organisasi politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk pribumi, bukan kolonial Belanda. Pada 1913, ia bersama kedua rekannya diasingkan ke Belanda akibat tulisan dan aktivitas politiknya, dan kembali ke tanah air pada 1917.
Tjipto dikenal sangat dekat dengan rakyat, terutama di kalangan kelas menengah bawah. Sebab, ia selalu bersedia menolong rakyat kecil, dengan pengobatan cuma-cuma.
Pada 3 dan 4 Oktober 1908, organisasi pergerakan Budi Utomo mengadakan kongres yang pertama. Tjipto mengusulkan agar Budi Utomo dijadikan organisasi politik yang bergerak secara demokratis dan jangan berhubungan dengan pemerintah. Karena ada perbedaan pendapat dengan Dr Radjiman, Tjipto tidak aktif lagi di Budi Utomo.
Pada 1912, Tjipto memperoleh bintang Ridder order van Oranye Nassau. Namun, tak beberapa lama, Solo terserang wabah penyakit pes. Tjipto pun menawarkan diri untuk memberantasnya, tetapi ditolak pemerintah Hindia Belanda dan ia memutuskan mengembalikan tanda jasa yang sudah diterimanya.
Kemudian, bersama Douwes Dekker dan Soewardi Soerdjaningrat mendirikan Indische Partij pada 25 Desember 1912, menuntut kemerdekaan Indonesia. Karena dianggap radikal, pada Maret 1913 Indische Partij dilarang pemerintah. Bersama Douwes Dekker dan Suwardi Soerdjaningrat, Tjipto protes pada Belanda yang akan merayakan satu abad kemerdekaanya. Ketiganya pun diasingkan ke Belanda.
Berbeda dengan kedua rekannya yang kemudian mengambil jalur pendidikan, Tjipto tetap berjalan di jalur politik dengan menjadi anggota Volksraad (DPR). Karena sikap radikalnya, ia kembali diasingkan Belanda ke Banda pada 1927. Ia wafat pada 1943 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Ambarawa.