Jakarta, IDN Times - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman mengaku tak mempermasalahkan dijuluki sebagai "jenderal baliho." Julukan itu melekat pada sosok Dudung ketika masih menjabat sebagai Panglima Kodam Jaya, ia memerintahkan anak buahnya untuk menurunkan spanduk dan baliho yang terafiliasi dengan organisasi massa terlarang Front Pembela Islam (FPI) pada November 2020 lalu.
Sikap berani Dudung dianggap ikut mewakili sebagian masyarakat yang geram dengan keberadaan dan kelakuan FPI.
"Saya lihat itu berani sekali mengatakan pimpinan kita, presiden kita dengan kata-kata yang tidak bagus. Saya sebagai warga negara ketika mengetahui nama presiden kita tidak benar, mendidih darah saya ketika itu! Panas sudah!" ujar Dudung ketika berbicara di program siniar Deddy Corbuzier dan tayang di YouTube pada Selasa, 30 November 2021.
Ia mengaku geram ketika melihat banyak baliho yang dipajang di titik tertentu di Jakarta, banyak berisi seruan untuk melakukan jihad dan reformasi ahlak. Mantan Pangkostrad itu juga menyebut, ada pula temuannya baliho Rizieq Shihab yang disembah oleh para pengikutnya.
"Saya pelajari apa ini. Kemudian, saya juga pelajari sebelum-sebelumnya apa yang dilakukan oleh Rizieq Shihab itu. Ternyata ia sering menghina pemimpin kita," kata dia lagi.
Dudung berdalih, sebelum prajurit TNI Angkatan Darat (AD) yang turun tangan mencopot baliho Rizieq dan FPI, aktivitas itu diserahkan kepada pihak kepolisian. Sebab, tugas TNI bukan untuk mencopot baliho. Kapolda Metro Jaya ketika itu juga sudah menyampaikan kepada Gubernur DKI Anies Baswedan bahwa pemasangan baliho itu dianggap meresahkan.
Di dalam program siniar itu, Dudung mengklaim dapat surat dari wali kota berisi permintaan bantuan agar Dandim TNI mencopot baliho-baliho tersebut. Apa komentar Dudung ketika langkahnya memerintahkan anak buah untuk mencopot baliho FPI berujung kritik?