Dikritik JK Biaya Bangun LRT Mahal, Kontraktor: Di RI Lebih Murah

Jakarta, IDN Times - Direktur Operasional II PT Adhi Karya, Pundjung Setya Brata memberikan komentarnya atas kritik yang pernah disampaikan oleh Wakil Presiden Jusuf "JK" Kalla beberapa waktu lalu. Ketika itu, JK sempat mengkritik pembangunan light rail transit (LRT) Jadebotabek dianggap tidak efisien dan memakan biaya yang besar.
Sementara, dalam pandangan Pundjung yang disampaikan dalam pertemuan di sebuah hotel di area Blok M pada Jumat (15/2), LRT dibutuhkan keberadannya sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan di Jakarta. Lalu, apa komentar Pundjung atas kritik tersebut?
1. Biaya pembangunan LRT lebih murah dibanding negara tetangga
Direktur Operasional II PT Adhi Karya, Pundjung Setya Brata mengungkapkan biaya
pembangunan LRT di Indonesia justru lebih murah dibandingkan dengan negara lain. Ia merinci LRT Jadebotabek memakan biaya Rp20,752 triliun atau Rp467,08 miliar per kilometer untuk fase satu yang meliputi jalur, tracwork, stasiun, depo dan operation control center.
Sementara, di Malaysia, total pembangunan LRT3 tipe elevated memakan biaya Rp28,350 triliun triliun. Di Pakistan, total biaya pembangunan LRT Lahore membutuhkan biaya Rp21,600 triliun.
"Uni Emirat Arab (negara) paling besar dengan biaya pembangunan LRT Dubai Rp78 triliun. Jadi, saya bilang di Indonesia masih murah," kata Pundjung dalam acara Media Workshop Adhi Karya di Grandhika Hotel, Jakarta Selatan pada Jumat (15/2).
Ia menjelaskan apabila melihat perbandingan biaya pembangunan LRT di beberap negara tersebut, biaya yang dikeluarkan oleh Indonesia malah cukup murah.
"Karena kami membuat seefisien mungkin dan terbaik," kata dia lagi.
2. Pembangunan skema elevated bisa terintregasi stasiun lain
Pundjung mengatakan perkembangan fisik Jakarta sangat cepat sehingga membutuhkan moda transportasi massal yang tepat di lahan ibu kota yang terbatas.
"Kami ada tuntutan bahwa tiap tiga menit LRT akan lewat jadi tidak mungkin kami buat (jalurnya) di bawah," kata dia.
Selain itu, ia melanjutkan, pembangunan dengan skema elevated bisa terintegrasi dengan moda transportasi lain seperti BRT (Buss Rapid Trans) dan KRL.
"Kami ingin ada integrasi antar stasiun agar memudahkan masyarakat jika LRT dibuat di atas nantinya ada stasiun BRT di bawahnya," kata Pundjung.
3. Infrastruktur LRT bisa dibangun dengan beberapa cara
Sementara, Ketua Bidang Advokasi MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia), Darmaningtyas mengatakan ada beberapa cara untuk membangun LRT bisa di atas tanah langsung, jalur melayang, atau bawah tanah. Darmaningtyas menjelaskan pemilihan cara tersebut tergantung dengan ketersediaan lahan, kebijakan tata ruang, serta kapasitas angkut.
"Kalau pembangunan KRL Jabodetabek aja diusulkan dibuat layang di perlintasan sebidang maka pemilihan LRT yang melayang tepat dong? Kenapa justru dipersoalkan? Lha wong yang upgrade aja diusulkan?," ungkap Darmaningtyas.
4. Jusuf Kalla kritik pembangunan LRT
Sebelumnya, Jusuf Kalla mengkritik pembangunan LRT kurang efisien karena dibangun dengan biaya mahal dan ada di samping jalan tol. Ia mengatakan seharusnya LRT Jabodebek dibangun terpisah dengan jalan tol.
“Siapa konsultan yang memimpin ini? Sehingga biayanya (mahal) per kilometer? Kapan kembalinya kalau dihitungnya seperti itu?,” ungkap pria yang akrab disapa JK beberapa waktu lalu.