Di kawasan Desa Suter, abu vulkanis tampak masih menutupi atap rumah warga. Tak hanya itu, daun, dan pohon-pohon yang berada di pinggir jalan juga tampak berwarna abu-abu akibat tertutup abu vulkanis dengan ketebalan bervariasi.
Warga Desa Suter, Wayan Eka mengatakan, abu vulkanis tampak masih menutupi kawasan tersebut karena di wilayah tersebut sejak terjadi hujan abu belum turun hujan, sehingga warga setempat juga mengalami kesulitan air bersih.
"Dampaknya di sini juga banyak warga yang tanaman di perkebunan rusak dan mati akibat abu. Untuk ternak juga kesulitan mencari pakan, karena rumputnya kena abu," kata dia.
Di wilayah Penelokan dan Kintamani, Batur, abu vulkanis juga tampak menutupi sejumlah atap rumah dan pinggir jalan, namun dengan intensitas yang lebih tipis dibanding di Desa Suter.
"Ya memang hujan abu sempat turun di sini, memang tidak terlalu terasa. Cuma kami tetap harus mengenakan masker, karena debu kadang berterbangan terbawa kendaraan yang melintas," kata Astuti, pedagang yang ada di kawasan Kintamani.
Hujan abu vulkanis memang masih terjadi beberapa kali, setelah Gunung Agung erupsi. Sebaran arah abu juga mengarah ke sejumlah wilayah tergantung arah angin saat terjadinya erupsi.
Selain Bangli, sejumlah kawasan di Tabanan juga terpapar abu vulkanik Gunung Agung. Karena itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tabanan dan Palang Merah Indonesia (PMI) Tabanan membagikan ratusan masker sejak terjadi erupsi strombolian Gunung Agung pada Senin (2/6).
Kepala BPBD Tabanan Gusti Ngurah Made Sucita mengatakan pihaknya bekerja sama dengan PMI telah mendatangi dua wilayah di Kabupaten Tabanan yang terdampak erupsi Gunung Agung, yakni Desa Antapan, Baturiti, dan Pasar Baturiti, Tabanan.
"Kami membagikan ratusan masker dengan menyasar rumah warga dan pasar. Ada 600 masker yang dibagikan di dua lokasi terdampak debu vulkanik itu. Ini sebagai bentuk pencegahan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, karena itu warga harus bisa menjaga kesehatan," kata dia.