Disinformasi Keberhasilan Otonomi Khusus Papua Barat (safenet.or.id)
Indonesia merupakan negara kedua pengguna platform media sosial TikTok terbesar di dunia, membuntuti Amerika Serikat dengan selisih 4 juta pengguna saja. Menurut Firma Riset Statista, lewat laporan berjudul Countries with The Largest TikTok Audience As of April 2023, TikTok telah diakses oleh sekitar 113 juta orang Indonesia.
Di Indonesia, TikTok sangat menggiurkan terutama bagi pihak-pihak yang ingin mendapat atensi masyarakat. Apalagi, seperempat dari basis pengguna TikTok merupakan masyarakat berusia di bawah 20 tahun.
Dengan jumlah yang tak sedikit, TikTok kerap kali menjadi target bagi banyak pihak untuk memengaruhi masyarakat Indonesia, tak terkecuali dalam urusan politik. Internews, Indonesia Corruption Watch, SAFEnet, dan Centre for Information Resilience, memulai proses investigasi mereka dengan mencari beberapa hashtag alias tagar yang tersebar di TikTok.
Mulanya mereka menelusuri tagar #DOBPapua dan #OtsusPapua, juga beberapa tagar yang tak spesifik seperti #papua #papuaindonesia dan #KKBPapua. Dari berbagai tagar tersebut, ada satu kesamaan tagar lain yang sering disematkan oleh berbagai akun yakni #YouthCreativeHub.
Tagar #YouthCreativeHub sangat umum digunakan oleh akun-akun yang diduga palsu dan kerap mempromosikan pekerjaan pemerintah lewat Otsus Papua. Youth Creative Hub sendiri merupakan tempat yang didirikan sekaligus dipimpin oleh Billy Mambrasar, Staf Khusus Presiden RI Joko Widodo periode 2019-2024. Billy mendirikan Youth Creative Hub pada November 2019.
Syahdan, penelusuran terus dilakukan, dan tim investigasi menemukan dua akun TikTok dengan nama yang jauh berbeda namun memiliki aktivitas, konten, serta pola interaksi yang serupa dengan akun-akun lainnya. Dua akun tersebut ialah @ariandi6031 dan @andisa256. Selanjutnya, proses penelurusan dilakukan dengan mengekstraksi komentar yang ada pada dua akun tersebut.
Hasilnya, tim investigasi menemukan adanya konten juga caption yang sama, untuk menyebarkan narasi positif terkait Otonomi Khusus Papua. Kedua akun TikTok tersebut, @ariandi6031 dan @andisa256, kedapatan saling berinteraksi satu sama lain secara konsisten. Interaksi tersebut berupa komentar-komentar tidak otentik dengan jumlah banyak terhadap unggahan konten tertentu.
Mereka juga menemukan inauthentic behaviour yang menunjukkan bahwa interaksi pada kedua akun tidaklah otentik atau dilakukan dengan mesin. Kedua akun menyebarkan konten dan memberikan pesan yang sama pada keterangan unggahannya.
Tim investigasi kemudian menemukan bahwa akun-akun TikTok yang berserakan itu kerap mendorong dua kategori narasi, yakni seputar keberhasilan otsus; dan kehadiran Indonesia dalam bentuk pembangunan infrastruktur melalui Daerah Otonomi Baru (DOB).
“Pada intinya (narasi-narasi tersebut) hendak menggambarkan bahwa DOB dapat menyejahterakan Papua,” tulis laporan investasi tersebut.
Tak hanya narasi, akun-akun yang berserakan itu pun menggunakan berbagai gambar yang seragam, salah satunya ialah gambar Jembatan Merah (Jembatan Youtefa) sebagai simbol keberhasilan DOB. Berbagai unggahan itu kerap kali diikuti pula oleh berbagai tagar pencarian utama seperti #infrastrukturpapua, hingga tagar yang memberi citra baik pada pemerintahan saat ini seperti #jokowimembangunpapua.
Di platform media sosial berbasis audio dan visual ini, pola penyebaran narasi positif tentang pemerintah lewat DOB Papua dilakukan oleh akun-akun yang memiliki ciri akun palsu. Akun-akun tersebut kerap menggunakan nama palsu, dengan identitas yang tak dapat ditelusuri.
Beberapa akun menggunakan foto profil, tidak sedikit pula yang membiarkan kolom foto profil kosong. Di sisi lain, ada pula akun yang menggunakan hasil polesan aritifial intelligence untuk menghiasi kolom foto profil mereka.
Sementara terkait pola penyebaran informasi, ditemukan bahwa akun-akun TikTok ini menggungah materi secara berulang dengan tingkat kemiripan yang tinggi dan waktu yang sangat berdekatan. Padahal, satu akun dengan akun lainnya tidak menunjukkan interaksi satu sama lain, mereka pun tidak saling mengikuti.
“Rupanya akun-akun ini sebagian besar adalah palsu karena memiliki ciri unggahan yang rendah, tetapi selalu melakukan komentar-komentar pada konten-konten yang searah dengan mereka. Komentar-komentar yang diberikan pun identic pada setiap unggahan video,” tulis laporan investigasi.
Taktik dengan mengerahkan akun palsu di Indonesia seperti ini sebenarnya telah terungkap berkali-kali, salah satu yang mencuri perhatian ialah ketika Pemilu 2019 dengan tagar mendukung Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia.
Baca berita terbaru terkait Pemilu 2024, Pilpres 2024, Pilkada 2024, Pileg 2024 di Gen Z Memilih IDN Times. Jangan lupa sampaikan pertanyaanmu di kanal Tanya Jawab, ada hadiah uang tunai tiap bulan untuk 10 pemenang.