Jemaah haji disabilitas netra, Sajriah asal Pare-pare Sulawesi Selatan. (IDN Times/Faiz Nashrillah)
Hafida Jufri, petugas kesehatan haji, yang mendampingi mengamini kemandirian Sajariyah. Keterbatasan yang ada tak membuatnya pasrah. Semangatnya untuk berhaji, kata Hafida, luar biasa. "Dia gak ada penyakit bawaan. Saya input di Siskohatkes, dia hanya bawa vitamin Enervon C dan minyak kayu putih, gak ada obat lain," ujar Mufida.
Bahkan, selama di Madinah, Sajariyah selalu melaksanakan salat di masjid Nabawi. "Beliau ini salat Arbainnya bahkan penuh saat di Madinah," ujarnya. Salat Arbain sendiri adalah ibadah salat wajib 40 waktu tanpa terputus di Masjid Nabawi.
Ibadah itu bisa dilakukannya karena letak hotelnya dekat dengan masjid. Sebenarnya, saat di Makkah dia juga punya niatan untuk selalu salat ke Hasjidil Haram. Lantaran jaraknya jauh, ia disarankan tetap salat di musala hotel.
Ia juga cukup mandiri. Bahkan, sejak berangkat, ia tidak ditemani pendamping khusus. Sajariah, kata Hafida, daftar haji sejak 2010. Ia Dibiayai adik dan keluarganya. Sebagai balasan, Sajriyah bahkan sudah menyiapkan oleh-oleh untuk keluarganya di Tanah Air. ''Beliau juga mendoakan keluarganya bisa ke sini,'' ujar Hufida.