Jakarta, IDN Times - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa mengaku terbuka dan tak takut bila dugaan pelanggaran HAM di Papua yang menyeret namanya, diusut lagi. Di dalam laporan yang pernah dirilis oleh Human Rights Watch (HRW), nama Andika terseret dalam pembunuhan tokoh Papua Theys Hilo Eluay pada 2001 lalu.
Theys diculik dan ditemukan dalam kondisi tak bernyawa sehari usai menghadiri upacara Hari Pahlawan di Markas Komando Pasukan Khusus TNI AD di Jayapura. Setelah mendapat tekanan dari dunia internasional, Kepolisian Daerah Papua menghasilkan kesimpulan pembunuhan itu dilakukan tujuh anggota Kopassus.
Nama Andika muncul di dalam surat yang dikirim ayah salah seorang terdakwa kepada Kepala Staf TNI AD saat itu, Jenderal Ryamizard Ryacudu. Anggota Kopassus itu mengaku kepada sang ayah soal pembunuhan Theys. Imbalannya, anggota Kopassus tersebut bakal diberikan karier di Badan Intelijen Negara (BIN), di mana ketika itu pucuk pimpinannya masih dijabat A.M. Hendropriyono, yang tak lain adalah mertua Andika.
"Saya benar-benar terbuka kalau memang ada (bukti). Monggo, gak ada keraguan atau ketakutan," ujar Andika kepada media di kompleks parlemen Senayan, pada Sabtu 6 November 2021.
Sementara, anggota Komisi I dari Fraksi PDI Perjuangan, TB Hasanuddin, menuding dugaan pelanggaran HAM di masa lalu itu sengaja dilempar oleh sejumlah LSM untuk menjegal Andika agar tidak lulus uji kepatutan dan kelayakan.
"Mengapa baru disampaikan sekarang? Kemarin-kemarin tidak ada laporan dari Komnas HAM mengenai hal tersebut," kata TB ketika berbicara di stasiun CNN TV pada Sabtu kemarin.
Apa komentar masyarakat sipil soal tudingan yang disampaikan oleh anggota DPR tersebut?