Melansir dari BBC, dalam studi baru yang berfokus kepada anak-anak pekerja yang terdaftar untuk membantu membersihkan zona yang sangat terkontaminasi di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir, dan anak-anak pengungsi dari kota Pripyat yang terbengkalai, dan permukiman lain dalam zona 70 km di sekitarnya. Pesertanya adalah semua anak yang dikandung setelah bencana dan lahir antara tahun 1987 dan 2002, seluruh genomnya disaring. Riset ini dipimpin oleh profesor Meredith Yeager, dari National Cancer Institute AS (NCI), yang berlokasi di Maryland.
Salah satu pemimpin ilmuwan Dr Stephen Chanock, juga dari NCI, menjelaskan bahwa tim peneliti memeriksa seluruh keluarga, sehingga para ilmuwan dapat membandingkan DNA seorang ibu, ayah, dan seorang anak. "Di sini kami tidak melihat apa yang terjadi pada anak-anak yang berada (di dalam rahim) pada saat kecelakaan itu; kami sedang melihat sesuatu yang disebut mutasi de novo." Ini adalah mutasi baru dalam DNA, yang terjadi secara acak di dalam sel telur atau sperma. Bergantung pada di mana dalam cetak biru genetik bayi, mutasi muncul, mutasi itu tidak berdampak sama sekali, atau bisa menjadi penyebab penyakit genetik.
Chanock menjelaskan bahwa ada sekitar 50-100 mutasi ini setiap generasi dan mutasi itu acak. "Dalam beberapa hal, mereka adalah blok bangunan evolusi. Beginilah cara perubahan baru diperkenalkan ke populasi satu kelahiran pada satu waktu. Kami melihat genom ibu dan ayah, lalu pada anak. Dan kami menghabiskan sembilan bulan ekstra untuk mencari sinyal apapun - dalam jumlah mutasi ini, yang terkait dengan paparan radiasi orang tua. Kami tidak bisa ' tidak menemukan apa pun."
Hasil studi menunjukkan tidak ada mutasi yang terkait dengan paparan orang tua. Artinya, efek radiasi pada tubuh orang tua tidak berdampak pada anak yang dikandungnya di masa depan.
Profesor Gerry Thomas, dari Imperial College London, yang telah menghabiskan puluhan tahun mempelajari biologi kanker, terutama tumor yang terkait dengan kerusakan akibat radiasi, menyampikan kepada BBC, bahwa studi baru ini adalah yang pertama menunjukkan bahwa "bahkan ketika orang terkena radiasi dalam dosis yang relatif tinggi, bila dibandingkan dengan radiasi latar itu tidak berpengaruh pada masa depan anak-anak mereka."
Profesor Thomas menyampaikan bahwa banyak orang-orang di Nagasaki dan Hiroshima yang takut memiliki anak setelah bom atom karena mengira anak mereka akan terpapar radiasi, hal yang sama ditakutkan orang-orang ketika bencana nuklir Fukushima terjadi. Dia berharap hasil riset bisa meredakan ketakutan orang-orang.