Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kepala Lembaga Eijkman, Amin Subandriyo di IDN Media HQ (IDN Times/Panji Galih Aksoro)
Kepala Lembaga Eijkman, Amin Subandriyo di IDN Media HQ (IDN Times/Panji Galih Aksoro)

Jakarta, IDN Times - Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Institute Amin Soebandrio menjelaskan bahwa pihaknya kan melakukan kerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) untuk mengajak pasien yang telah sembuh dari COVID-19, guna terlibat pengembangan pengobatan lebih lanjut. Mereka akan diambil plasma darahnya.

“Jadi ide ini adalah bersama PMI kami akan merekrut mereka yang sudah sembuh COVID-19 ini,” kata dia melalui diskusi yang disiarkan lewat daring, Sabtu (18/4).

1. Jika mengandung antibodi yang baik, akan diminta untuk mendonorkan plasma

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio. (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Selain itu, Amin juga menjelaskan bahwa pasien harus dalam keadaan aman dan sehat serta darahnya mengandung antibodi yang cukup baik, sehingga tidak ada virus atau bakteri lainnya.

“Itu sudah kita anggap aman, kemudian kita minta kesediaan mereka untuk mendonasikan plasmanya,” kata dia.

2. Berbeda dengan donor darah

Dok. IDN Times/IStimewa

Amin menjelaskan apa bedanya plasma dengan darah biasa yang didonorkan. Karena dalam proses yang dibutuhkan nantinya, pihaknya hanya membutuhkan plasma darah bukan sel darah merahnya seperti donor darah biasa.

“Darah orang diambil 200-300 cc, kemudian diberikan kepada orang lain yang membutuhkan sel darah merahnya, sel darahnya aja. Artinya justru itu akan berpotensi mengganggu kalau diberikan secara keseluruhan. Jadi yang kita butuhkan adalah plasmanya, karena si antibodi itu adanya di dalam plasma,” katanya.

3. Bagaimana proses mendapatkan plasma dari penyintas?

IDN Times/Elias

Sedangkan untuk prosesnya sendiri, Amin menjelaskan bahwa PMI yang akan mengambil donor plasma tersebut. Kemudian plasma akan dipisahkan dari sel darah merah. Jumlah plasma yang diambil sekitar 200-300 cc.

Laboratorium yang nantinya akan memastikan bahwa plasma tersebut mengandung antibodi atau tidak.

“Antibodi yang didapat akan dihadapkan langsung dengan virus corona, ketika virus itu akan ditanam di sel hidup. Jadi kita punya sel hidup kita berikan virus. Kita lalu bandingkan yang tanpa dan dengan antibodi," ujarnya.

Nantinya, plasma akan dibekukan dan dikirim ke rumah sakit yang membutuhkan. Jadi dalam hal ini, Amin menjelaskan bahwa pihaknya dan PMI menyediakan di bagian hulu serta memastikan bahwa plasma yang diambil dan resipiennya aman.

Editorial Team